Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurul Hanna
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Keresahannya terhadap isu kesenjangan gender serta feminisme, mantan artis cilik Nisrina Nadhifah Rahman, memilih jadi aktivis HAM (Hak Asasi Manusia).
Ia pilih jalan itu karena pengalaman hidup. Ia bercerita kalau ibunya adalah korban kekerasan dalam rumah tangga.
"Dia struggling for so many years, dan aku adalah anak yang merasa ada permasalahan yang lebih besar dari pada ini," kata Nisrina kepada Tribunnews, ditemui di tengah Aksi Kamisan di depan Istana Negara, Jakarta Pusat, Kamis (27/7/2017).
Nisrina menyadari, ada masalah lain yang membuat keresahannya semakin menguat. Di antaranya, soal penyelesaian kasus pelanggaran HAM, yang menurutnya, masih dijadikan wacana oleh pemerintah.
Keyakinannya menjadi aktivis HAM semakin kuat juga semakin kuat saat mewawancarai Maria Sanu.
Maria adalah ibu yang masih menanti keadilan. Anaknya diduga dibakar hidup-hidup di Yogyakarta Plaza, pada tragedi Mei 1998.
"Ibu Maria baru satu dari ibu-ibu yang menjadi korban pelanggaran HAM, masih banyak ibu-ibu selain dia," kata Nisrina.
Kini Nisrina pun tergabung menjadi salah satu staf di Kontras (Komisi Untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan).
Ia juga berkontribusi dalam aksi Kamisan, yang digelar oleh para korban pelanggaran HAM, setiap Kamis sore di seberang Istana Negara.
"Akan selalu ada tantangannya besar maupun kecil. Menurut saya semua orang bisa berkontribusi terhadap HAM," katanya.(*)