Menurut Ferdi, setelah meninggalkan Jakarta dan menetap di pekan baru adiknya lebih punya waktu ngumpul bersama keluarga.
Di kampung halamannya dia bebas kemana saja untuk bertemu dengan keluarganya.
Ferdi menyebut sang adik tidak hanya berada di Pekanbaru saja selama setahun terakhir.
Ryan juga pernah beberapa kali ke Jakarta dan Batam serta tempat kelahirannya di Tanjung Pinang tempat ibundanya berada.
"Jadi tidak terbaring sakit gitu, masih sering jalan-jalan. Biasanya ke mall, ke pujasera, bahkan kami juga sering karoke keluarga. Bukan seperti yang diberitakan, terbaring sakit selama setahun di Pekanbaru," terang Ferdi.
Meninggalnya dr Ryan Thamrin meninggalkan duka mendalam tak hanya bagi keluarga di Pekanbaru, Provinsi Riau.
Sahabatnya pun demikian.
Satu di antara sahabat yang amat berduka, antara lain dr Reisa Broto Asmoro.
Partner almarhum pada program siaran DR OZ Indonesia yang ditayangkan Trans TV tersebut tak menyangka dr Ryan meninggalkannya begitu cepat.
Ryan memang memutuskan berhenti memandu Dr OZ Indonesia pada tahun 2016 karena mengeluh sakit sehingga harus pulang kampung ke Pekanbaru, Provinsi Riau.
Selain itu, dia juga jarang bertemu dengan keluarganya sejak kuliah di Yogyakarta hingga sibuk mengisi sejumlah acara.
Sejak itulah, kata rekannya, dr Reisa Broto Asmoro, dia pengen menghabiskan seluruh waktuntya dengan bersama keluarga. "Dulu kata dia, cuma mau spend time sama keluarganya karena jarang banget ketemu sama keluarganya selama berpuluh-puluh tahun sejak kuliah di Yogya," kata dr Reisa.
Trans TV kemudian mencarikan pengganti dr Ryan agar program tetap dapat berjalan.
Ternyata, selama berada di Pekanbaru, kondisi dia makin memburuk akibat penyakit maag akut dan benjolan di kepala.