News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tak Seperti Tahun Sebelumnya, Nominasi FFI 2017 Dinilai Lebih Beragam

Editor: Content Writer
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Diskusi Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan Bersama Media Massa” di Gedung A Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Senayan, Jakarta, Rabu (11/7/2017).

Menjelang malam puncak penghargaan film bergengsi di Indonesia, Festival Film Indonesia (FFI) 2017, di Manado 11 November 2017, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggelar "Diskusi Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan Bersama Media Massa” di Gedung A Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Senayan, Jakarta, Rabu (11/7/2017).

Hadir pada acara tersebut Kepala Pusat Pengembangan Perfilman (Kapusbangfilm) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Maman Wijaya, Agung Sentausa dari Badan Perfilman Indonesia (BPI), Ketua Panitia FFI 2017 Lasja Fauzia Susatyo, Marissa Anita dan Dion Wiyoko.

Mendengar namanya masuk menjadi Nominasi Pemeran Pendukung Wanita, Marissa Anita mengaku tidak menyangka dirinya bisa terpilih.

Marissa Anita

“Saya tidak menyangka bisa masuk nominasi sebab selama setahun ini sekolah di Inggris. Ini saya juga tahu dari Hannah Al Rasyid. Rasanya dinominasikan, apalagi bersama aktris-aktris idola saya adalah suatu kehormatan dan saya benar-benar tersanjung,” ujar Marissa.

Hal yang sama juga dirasakan oleh Dion Wiyoko. berakting dalam film Cek Toko Sebelah, dirinya tak menyangka bisa masuk menjadi nominasi Pemeran Pria Pendukung.

“Jujur ini adalah satu pengalaman luar biasa karena ini pertama kali saya masuk nominasi FFI. Saya cukup kaget sebab saya pikiri FFI ini lebih ke film festival,” ujarnya.

Mengusung #BerbedaItuIndah, Agung Sentausa mengungkapkan, nominasi film tahun ini bisa dibilang berbeda sebab tiap genre film yang ada bersaing menjadi film terbaik di ajang FFI 2017.

“Bisa dibilang semua genre ada, mulai dari Kartini yang mewakili drama, Cek Toko Sebelah dengan unsur komedi, Posesif dengan unsur percintaannya, Night Bus yang mengusung genre thriller dan Pengabdi Setan yang mengusung genre film horor,” ungkap Agung.

Beragamnya film-film ini juga diakui oleh Dion Wiyoko. Menurutnya tahun ini film-film box office dan film-film indie sejajar dalam FFI 2017.

Dion Wiyoko.

“Biasanya film-film FFI lebih artsy, tapi surprisingly FFI 2017 ini banyak sekali yang masuk nominasi itu film-film yang laku di pasaran. Bukan berarti yang laku itu kualitasnya jelek, kualitasnya tetap bagus. Tapi bisa dilihat juga antusiasme penonton semakin baik dan pemilihan penonton menonton film Indonesia yang berkualitas semakin meningkat,” ujar Dion Wiyoko.

Film Indonesia yang Makin Dicintai Masyarakatnya

Menurut Agung tahun 2017 ini merupakan momentum antusiasme penonton Indonesia menonton di bioskop.

“Pada tahun 2015 jumlah  rata-rata penonton sebanyak 133ribu per film, sedangkan pada tahun 2016 sebanyak 274ribu per film. Di tahun 2017 ini, terjadi peningkatan signifikan yaitu 282ribu penonton, dan ini hanya baru di kuartal I,” ujar Agung.

Angka tersebut, tambah Agung, menunjukkan bahwa film-film Indonesia semakin dicintai masyarakat.

“Dan saya juga berharap penyelenggaraan FFI ini bisa menjadi barometer perfilman bagi masyarakat,” ujar Agung.

Dion Wiyono juga optimis kedepannya FFI bisa memberikan perubahan kepada dunia perfilman Indonesia.

“Kita harus optimis, memang perubahan dari tahun ke tahun tak begitu besar, namun dengan bantuan aktor dan aktris yang tetap berkarya dan menghasilkan karya film yang lebih baik lagi serta dukungan para sineas yang aktif di organisasi, saya optimis FFI akan lebih baik kedepannya,” tutup Dion Wiyoko. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini