“Kami akan istirahat dulu sambil memikirkan nanti ke depannya bagaimana. Gimana nanti, ya akan kami pikirkan nanti, dan biarkan saja mengalir seperti air,” ucap Abdul Aziz Kariko (bass) yang biasa disapa Comi ini.
Lima tahun
Ruang Tunggu diluncurkan Payung Teduh setelah lima tahun berselang sejak diluncurkan album kedua mereka; Dunia Batas pada 2012.
Ada sembilan lagu di album ketiga Payung Teduh itu, di antaranya Akad yang menjadi sangat populer sejak dirilis medio Juni 2017.
Selain Dunia Batas, satu album Payung Teduh lainnya adalah Self Titled (2010).
Selain Is, Payung Teduh beranggotakan Abdul Aziz ‘Comi’ Kariko, Alejandro Saksakame (drum) dan Ivan Penwyn (vokal latar, trumpet, guitalele).
Is mengatakan, proses pengerjaan album ketiganya itu relatif lama, meski mimpi mengeluarkan album idealnya dilakukan Payung Teduh setiap dua tahun sekali.
Proses rekaman Ruang Tunggu dimulai 2014, tapi baru selesai menjelang akhir 2017 karena banyak proses yang harus dilalui.
“Banyak yang istimewa di album ini, baik gaya bermusik maupun instrumennya, hingga lirik lagu yang sempat berganti-ganti agar lebih matang,” kata Is.
Payung Teduh juga melibatkan sejumlah musisi seperti Adink Permana—produser musik penyanyi asal Malaysia, Noh Salleh, gitaris Denny Chasmala yang memberi sentuhan pada lagu Muram, Sadrach Lukas yang menemani Payung Teduh tampil live perform, hingga Gatut Santoso yang memainkan trumpet dalam lagu Akad.
Payung Teduh disebut-sebut berkarya di jalur indie dan 100 persen berkarya untuk industri musik.
“Karya kami yang tetap mengatur. Akad itu sebenarnya bukan Payung Teduh banget. Lagu itu sebenarnya adalah tantangan kami, bisa nggak kami bikin lagu pop, dan ternyata kami bisa lewat Akad,” ucapnya. (kin)
Berita selengkapnya baca koran Warta Kota edisi Rabu, 20 Desember 2017