Terbukti, 30 orang pelaut langsung saja menggoda kakaknya yang membuat darah Advent mendidih.
Ia marah. Tapi apa yang bisa dilakukannya menghadapi 30 pelaut-pelaut yang beringas? Tentu saja dia babak belur!
Untungnya sang kakak tidak diganggu. Namun dari situlah timbul dendam.
Advent bertekad tidak akan membiarkan orang lain menggoda orang lain di hadapannya. Ia siap membela siapa pun yang lemah (terutama perempuan) yang mendapat gangguan seperti yang dialami kakaknya.
Tetapi dendam itu cuma bercokol sebentar di dadanya. Sebab tahun 1972 perasaan itu hilang sama sekali.
Empat orang muridnya, yang kemudian mengaku merupakan orang-orang yang juga ikut ngeroyoknya di Tanjung Priok dulu, dimaafkannya. Tak ada lagi dendam.
Yang ada adalah keinginan, berprestasi di tingkat dunia. Dan berhasil!
Advent masuk lima besar karateka kelas dunia pada World Games di Santa Clara, Amerika Serikat, tahun 1981.
Ia juga pernah juara ketiga di Asia Pasific II tahun 1976 dan juara tiga Asia Pacific V tahun 1983 di Nagoya, Jepang untuk kelas 80 kilogram ke atas.
Dengan prestasi kelas dunia itu, Advent disebut karateka besar yang dimiliki Indonesia.
Dan ia tentu merasa cukup bangga, sebab melalui karate pun ia bisa mengharumkan nama Indonesia di luar negeri.
Melalui karate, ia pernah menjelajahi Paris, Roma, Inggris, Amerika, Australia, Jerman Barat, Belanda, dan banyak lagi.
Bahkan dalam banyak kejuaraan besar, kehadirannya saja kadang-kadang sudah membuat lawan-lawan keder.
Hal itu yang menurutnya sebenarnya bisa memberi keuntungan jika ia masih disertakan dalam tim nasional. Sebab dapat membangkitkan rasa percaya diri bagi para karateka junior.
Semoga cepat sembuh Advent Bangun!
(Artikel ini tayang di INTISARI dengan judul: Advent Bangun, Jadi Atlet Karate Setelah Babak Belur Dihajar 30 Preman Tanjung Priok yang Beringas)