TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Roman D. Man akhirnya kesampaian impiannya memerankan sebuah film yang bertolak belakang dengan karakter kesehariannya.
Bahkan tak soal jika harus merubah penampilan. Rambut Roman D. Man pun kini dipotong pendek.
Pastinya bukan gaya rambut cowok yang up to date; yang disukai banyak cewek, seperti gaya rambut Man Bun, Fringe, Buzz Cut, atau Slicked Back.
“Ini tuntutannya lebih ke karakter. But no be fashion. Aktor tidak pada posisi memilih. Peran apa pun yang dipercayakan sutradara dan produser, sedapat mungkin dilakukan secara total,” ungkap Roman D. Man, saat ngobrol kreatif dengan sejumlah wartawan, di Kedai Bekombur Rumah Budaya Satu-satu, Kranggan Permai, Cibubur, Selasa (6/2/2018).
Peran apa sih, hingga mengorbankan mahkota? Memang peran inilah yang ditunggu-tunggu Roman D. Man.
“Ini kesempatan saya untuk mendapatkan sense of acting sebaik mungkin. Menjadi seorang sosiopat; sakit jiwa, gangguan mental, pembunuh berdarah dingin,” ujar aktor film layar lebar ‘From Seoul to Jakarta’ yang tayang di tiga Negara; Amerika, Korea dan Indonesia ini.
Apa tugasnya? “Membuat kamuflase yang rumit, memutar balik fakta, menebar fitnah dan kebohongan untuk alasan-alasan politis. Ini keren,” ujar Sarjana Hukum, jebolan Fakultas Hukum Universitas Bung Karno Jakarta ini.
Dalam film tersebut, Roman ingin seperti Akatsuki, sosok karakter yang digambarkan dalam serial novel Jepang, ‘Rogu Horaizun’ yang ditulis Mamare Touno.
“Sifat Akatsuki yang tenang. Membunuh tanpa beban dan fokus,” jelas Roman mengenai karakter dalam film yang akan diperaninya.
Cerita yang ingin diangkat terasa aktual menyangkut fenomena sosial politik akhir-akhir ini, yaitu; ‘modus orang gila’ menganiaya. Seperti kasus penganiayaan Kiai Umar Basri, pimpinan Pondok Pesantren Al Hidayah (Santiong), Cicalengka, Kabupaten Bandung.
Atau aksi penganiyaan yang dialami R Prawoto, Kepala Operasi (Ka.Ops) Brigade Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP Persis), membuat nyawanya melayang. “Rencana produksi film ini sudah didesain jauh sebelum kasus itu ramai. Jika ada kemiripan konten mungkin faktor kebetulan saja,” terang Roman.
Di Amerika, kata Roman, film-film bergenre action, yang menggambarkan orang dengan ciri-ciri pengidap penyakit psikopat sangat banyak. Namun film-film tersebut dibuat melewati banyak tahap, melalui penelitian dan kajian mendalam.
“Saya kira ini akan menyita banyak perhatian kita,” jelas Roman, yang untuk sementara waktu menolak menyebut judul dan Production House yang akan memproduksi film tersebut.
Aktor kelahiran Pekalongan, 7 Juli 1992 ini, mengawali karirnya di industri hiburan dengan mencoba keberuntungan menjadi pemain sinetron, diantaranya dalam sinetron ‘Tendangan Si Madun’ (MNCTV), produksi MD Entertainment, dan ‘Tukang Bubur Naik Haji’ (RCTI).
Tak lama kemudian ia dilamar PT. Tobali Putra Film untuk membintangi film ‘4 Tahun Tinggal di Rumah Hantu’ dan film ‘Kuntilanak Ciliwung.’
Roman juga membintangi film ‘Tears of Ghost’ produksi : PT. Angel Picture. Sutradara Damien Dematra melihat potensi Roman, hingga kemudian ia dipercaya membintangi film layar lebar 3 judul sekaligus; ‘Santet Goyang Dangdut,’ ‘Digilir Gondoruwo,’ dan film ‘Angie Box.
Roman bermain dalam sinetron ‘Tujuh Manusia Harimau’ (RCTI), ‘Tuhan Beri Kami Cinta’ (SCTV), ‘Dua Wanita Cantik’ (SCTV), dan sinetron ‘Anak Langit’ (SCTV).
Roman juga membintangi film “Bintang di Langit Belitung,” dan film bergenre musikal “Love in Dangdut” yang segera diproduksi.
Ternyata Roman juga ikut meramaikan kancah industri musik tanah air, dengan merilis dua single lagu pop ‘Kasih Pujaan, dan ‘Tetap Setia.’
Roman juga menyumbangkan suara sebagai featuring di lagu bergenre reage ‘Santai Saja’ bersama penyanyi Ageng Kiwi.