Polisi yang bertugas nampak menghentikan laju kendaraan, guna mengakomodir jalan bagi sang atasan.
Usai sampai di depan lokasi syuting, tepatnya di lampu merah sebelah Gedung Bawaslu, Tito langsung dibriefing oleh kru film.
Beberapa kali tampak Krishna menjelaskan kembali pada jenderal bintang empat itu.
Namun, Tito yang mengenakan topi cokelat dan kacamata hitam terlihat santai.
Ia tak nampak canggung untuk berakting di depan sejumlah kru film maupun masyarakat yang menonton jalannya syuting.
Tito kemudian langsung menaiki sepeda motor putih merk Honda yang telah disediakan. Diikuti dengan sang istri, yang kemudian langsung mengambil posisi mendekap atau memeluk Tito.
Di kanan dan kirinya, beberapa figuran juga nampak mengendarai motor. Yang berbeda hanyalah Tito dan istrinya tak mengenakan helm.
Ketika pengambilan gambar dimulai,
"Payung, payung, itu payungnya," teriak seorang kru, memberi arahan agar segera memayungi Tito dan istri.
Sebuah payung hitam besar disibakkan dan membuat terik panas matahari tak lagi menyengat kulit mantan Kapolda Metro Jaya tersebut.
Adegan tersebut sempat diulang lagi dua kali.
Kemudian, Tito mengambil gambar untuk perjalanan dirinya dari arah Jl Wahid Hasyim (dari arah Pasar Tanah Abang) untuk menuju lampu merah tadi.
Pada adegan kali ini, sutradara langsung meminta adegan diulang, lantaran para figuran terlalu dekat dengan Tito.
Krishna, yang juga koordinator dari pihak Polri, langsung membantu mendorong motor Tito mundur.
Setelah dua kali pengambilan adegan ini pun selesai.
Akting Tito sebagai cameo pun berakhir di sini. Ia dan istri kemudian menaiki sebuah mobil warna hitam, kembali ke Starbucks Coffee.
Hal ini berbeda dengan sejumlah anggota Polri termasuk Krishna, mereka nampak berjalan menyeberangi jalan untuk mengikuti Tito.
Tak berapa lama, Tito pun beranjak dari lokasi dikawal oleh vojrider.