News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Hijrah Michael Howard dari Kehidupan Gelap di AS

Penulis: Ria anatasia
Editor: Willem Jonata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Michael Howard saat ditemui di kawasan Matraman, Jakarta Timur, Jumat (9/7/2018).

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ria Anatasia

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di dalam ruangan kecil bercat tembok putih, duduk seorang pria yang tengah memainkan piano sambil melantunkan lagu "Kau Segalanya" oleh Ruth Sahanaya.

Pria berkacamata ini mengenakan kaus pendek hitam bertuliskan 'Return'. Sepasang lengannya dipenuhi tato.

"Ini lagu saya persembahkan untuk Tuhan. Hanya kepada-Nya tempat kita menangis dan mengadu," ujarnya usai memberikan sapaan ramah ketika ditemui di kawasan Matraman, Jakarta Timur, Jumat (6/7/2018).

Pria itu bernama Michael Howard. Tak disangka, di balik senyum ramahnya ia telah malang-melintang di kehidupan gelap di Amerika Serikat.

Michael pernah berkubang sebagai pecandu dan pengedar narkoba selama 20 tahun.

Ia juga pernah tercatat sebagai anggota gangster, pengikut gereja setan. Dan karena kejahatan yang diperbuat, ia pernah mendekam di penjara selama tiga tahun di Negeri Paman Sam.

"Saya kembali ke Indonesia dikawal polisi US Marshals empat tahun lalu. Saya seumur hidup enggak akan diziinkan lagi kembali ke sana. Ya, segala sesuatu yang jelek dan ilegal sudah saya cobain," ungkapnya.

Michael merasa awal mula kehancuran hidupnya diakibatkan oleh absennya kasih sayang orang tua.

Pria kelahiran Indonesia ini mengatakan dirinya dididik secara sangat disiplin dan keras oleh sang ayah. Ayahnya tak segan memukul jika ia berbuat nakal apalagi membangkang.

"Saya menerima kekerasan dari orang tua, dan merasa sangat tidak diperhatikan. Puncaknya adalah ketika saya dikirim ke asrama di AS," katanya.

Di asrama, orang tuanya pun jarang mengunjunginya. Ia pun mencari kasih sayang selain dari orang tuanya, dengan cara menjadi anggota gangster Vigilante di kawasan California, Amerika Serikat. "Soalnya di geng itu mottonya "We Are Family'," ujarnya santai.

Michael pun semakin tenggelam dalam kehidupan kelam di AS. Usai bergabung dalam geng, ia mulai mencicipi narkoba, seks bebas, hingga jadi bandar narkoba.

"Menurut saya waktu itu, kehidupan sangat nikmat dan keren. Di geng tersebut juga saya baru merasakan perasaan diterima dan dilindungi oleh keluarga," tuturnya.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini