TRIBUNNEWS.COM - Joko in Berlin mungkin masih asing di telinga. Namun, kehadiran mereka setidaknya memberi sedikit warna di blantika musik Indonesia.
Tiga lagu mereka, yakni Ballad of Colors, 3AM, dan Beauteous, berhasil mencuri perhatian. Terutama setelah mereka tampil di Amazing 16 GTV dan Sweet 17 Trans Media beberapa waktu silam.
Grup band asal Jakarta ini terbentuk pada tahun 2016. Personelnya, antara lain Mellita Sie (vokalis), Kelana Halim (gitar), Fran Rabit (bas), Popo Fauza (Keyboard) dan Aditya Subakti (drum). Mereka bernaung di bawah perusahaan 7 Octave Music Production.
Masing-masing mereka punya idealis serta visi misi yang sama dalam urusan mengemas lagu secara kreatif dan inovatif. Alhasil arensemen musik mereka terdengar unik namun tetap easy listening.
"Kami berusaha menghasilkan karya yang original dan relevan dengan hal-hal keseharian yang biasa dialami dalam aktivitas kehidupan," kata Mellita Sie beberapa waktu lalu.
Baca: Giring Ganesha Ungkap Alasan Nidji Pilih Yusuf Ubay sebagai Vokalis Baru
Lantas, bagaimana kalian memilih Joko in Berlin sebagai nama band?
Popo Fauza menjelaskan, nama tersebut dipilih karena mempresentasikan latar belakang musikalitas dan identitas masing-masing personel.
"Joko merepresentasikan domisili dan background kita sebagai musisi Asia yang berbasis di pulau Jawa. Berlin melambangkan influence scene musik Eropa yang sangat kental didalam karya-karya kita," terang Popo Fauza.
Dalam bermusik, Joko in Belin menggabungkan sound era 1980-an dan 1990-an. Mereka juga menciptakan musik yang kekinian dengan memadukan unsur cinematic dan perpaduan yang unik untuk generasi milenial.
Mengenai lirik, Joko in Berlin banyak menyinggung hal-hal yang tak jauh dari kehidupan sehari-hari. Misal, berterimakasih atas anugerah indahnya alam, tentang angan-angan, dan kegelisahan.(*)