Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurul Hanna
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Film berjudul Dua Garis Biru dijadwalkan tayang di bioskop tanah air pada 11 Juli 2019.
Namun, film yang dibintangi Angga Yunanda dan Zara JKT48 ini sempat berbuntut reaksi negatif. Bahkan petisi agar film tersebut tak lulus sensor sempat mengudara di situs change.org.
Sebagai sutradara film Dua Garis Biru, Gina S Noer berharap penonton bisa berpikir kritis setelah menonton film ini.
Baca: Membayangkan sebagai Ayah yang Anaknya Hamil di Luar Nikah, Dwi Sasono Nyaris Tampar Angga Yunanda
Baca: Kabarnya Enggak Lama Lagi Menikah, Lulu Tobing Minta Doa
Baca: Sebut Kehamilannya Ini yang Ketiga, Sandra Dewi Ungkap Pernah Terpaksa Menggugurkan Kandungan
“Saya berharap agar penonton setelah menonton film ini bisa menjadi audience yang lebih kritis. Film ini kan sebenernya melihat kita sebagai anak kan, bayangan kita kalau nanti berkeluarga seperti apa,” kata Gina usai jumpa pers film Dua Garis Biru katanya saat ditemui di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (27/6/2019).
Gina berharap, anak remaja dan orang tua yang menonton bisa menjalin hubungan lebih dekat sebagai keluarga. Agar antara anak dan keluarga tak ada jarak untuk membahas berbagai hal.
Baca: Dampak Buruk Membersihkan Lidah Menggunakan Sikat Gigi
“Saya harap yang nonton mereka menjadi punya hubungan yang lebih dekat sebagai keluarga dan karena itu bisa membicarakan hal-hal yang sulit dengan keluarga,” katanya
Gina sempat kaget, lantaran petisi untuk menggagalkan filmnya masuk layar lebar sempat beredar. Kini petisi bertajuk ‘Jangan Loloskan Film yang Menjerumuskan! Cegah Dua Garis Biru di Luar Nikah’ itu telah diapus.
“Kaget sih karena saya gak menyangka ya. Karena saya itu dalam keluarga membicarakan ddngan anak saya pendidikan seks dengan terbuka agar mereka sadar dan menghargai diri mereka dan tidak dilecehkan orang lain. Penis vagina payudara gak boleh dipegang orang lain itu bagian dari pendidikan seks,” katanya.
Baca: Jessica Mila Beberkan Perasaannya Cium Pria Beristri
Padahal menurut Gina, remaja Indonesia sangat butuh pendidikan soal seks.
Butuh 9 tahun, bagi Gina untuk Gina hingga akhirnya merampungkan skenario film tersebut. Draft skenario film tersebut sempat ditulis 2009 lalu, namun Gina berhenti meneruskan. Hingga akhirnya 2018, ia memutuskan untuk memperbaharui dan diangkat ke layar lebar.
“Karena perjalanan jadi orangtua, apa sih yg dibutuhkan oleh seorang anak. Value yg ada dalam film ini adalah value yang saya akan kasih ke anak-anak saya. Makanya itu pemikirannya lama,” katanya.