Baca: Dikabarkan Meninggal, Sahabat Sebut Kondisi Terkini Arswendo Atmowiloto, Perlu Istirahat
Mangutip Wikipedia, Arswendo pernah menempuh pendidikan tinggi di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Solo (sekarang Universitas Sebelas Maret) tetapi tidak tamat.
Kiprahnya di bidang sastra juga ia rajut sebagai pemimpin Bengkel Sastra Pusat Kesenian Jawa Tengah, Solo (1972).
Arswendo juga pernah mengikuti International Writing Program di Universitas Iowa, Iowa City, Amerika Serikat pada tahun 1979.
Ia pernah mengelola tabloid Bintang Indonesia setelah menemui Sudwikatmono, penerbitnya.
Arswendo berhasil menghidupkan tabloid itu, tapi ia hanya bertahan tiga tahun.
Ia kemudian mendirikan perusahaannya sendiri, PT Atmo Bismo Sangotrah, yang memayungi sedikitnya tiga media cetak: tabloid anak Bianglala, Ina (kemudian jadi Ino), serta tabloid Pro-TV.
Sebagai sastrawan dan wartawan, kehidupan Arswendo tak bisa dijauhkan dari kontroversi.
Baca: Derita Kanker Prostat, Penulis Keluarga Cemara, Arswendo Atmowiloto Kini Banyak Tidur
Baca: 2 Bulan Menderita Kanker Prostat, Arswendo Atmowiloto Dikabarkan Drop pada Senin Pagi
Pada tahun 1990, ketika menjabat sebagai pemimpin redaksi tabloid Monitor, ia ditahan dan dipenjara karena satu jajak pendapat.
Ketika itu, Tabloid Monitor memuat hasil jajak pendapat tentang siapa yang menjadi tokoh pembaca.
Arswendo terpilih menjadi tokoh nomor 10, satu tingkat di atas Nabi Muhammad yang terpilih menjadi tokoh nomor 11.
Sebagian masyarakat Muslim marah dan terjadi keresahan di tengah masyarakat.