Seperti diketahui, konser Westlife di Palembang digelar di stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring yang berkapasitas seribu orang.
Namun pihanya menyangkan banyaknya oknum yang membobol akses berjumlah sekira setengah area konser.
“Kami sangat sesalkan kenapa terbobol. Dan nggak seperti berita di Tempo, pejabat minta lima ratus tiket,” ujarnya.
“Itu jumlah lima ratus bukan dari kami. Mungkin kalau dijumlahin, di panggung di tribun. Mungkin ada lima ratus orang. Itu masyarakat umum, mungkin juga ada yang kenal aparat, kita nggak tahu,” tambahnya.
Baca: Konser Westlife di Palembang, Heboh Pejabat Minta Jatah Kursi Penonton, Picu Emosi Gubernur Sumsel
Manjadi Konser terakhir ?
Rentetan kejadian yang dialami pihak promotor ketika menyelenggarakan konser musik kelas dunia dengan grup vokal Westlife, membuat pihak promotor berpikir ulang ketika akan mendatangkan artis kelas dunia di Palembang.
Menurutnya dengan kejadian seperti yang diberitakan diatas, butuh waktu yang lama untuk ada promotor yang berani membawa musisi internasional ke Sumatra.
"Lebih baik kalau artisnya sebesar Westlife jangan dibawa ke Palembang, ini Neutron Live Asia sudah pernah coba dan rugi 5 M. butuh waktu 10 tahun lagi untuk ada promotor yang berani bawa (musisi Internasional) ke Sumatera,” katanya.
Rendy selaku Presiden Direktu Neutron Live Asia yang menjadi promotor, menilai kejadian kemarin akan menjadi tolak ukur untuk promotor-promotor lain.
“Mungkin ini konser pertama dan terbesar, mungkin juga bisa menjadi konser terakhir di pulau Sumatera.
Menurutnya konser Westlife pada 18 Agustus kemarin akan menjadi konser pertama yang terbesar dan mungkin terakhir untuk di wilayah Palembang.
"Kalau Air Supply, Calum Scott mungkin masih bisa (terselenggara). Sebesar se-legend kayak Westlife ini pertama dan terakhir,” katanya.
(Tribunnews.com/tio/Nurul Hanna)