Walaupun motivasi dan spiritualitas adalah dua subjek yang berbeda, namun tidak salah jika banyak orang yang kecewa dengan saya dan menyatukan ilmu agama dengan ilmu life-skill dan motivasi dalam menjadi orang yang lebih baik.
Justru hal tersebut adalah hal yang benar dan patut saya pelajari terus agar saya menjadi lebih baik sebagai seorang muslim.
Walaupun saya pernah pakai jilbab, saya tidak pernah mengklaim diri saya sebagai guru spiritual, ustadzah, atau yang lain sejenisnya.
Ketika secara Islam saya mengambil keputusan yang sangat menandakan ketidaksempurnaan saya sebagai manusia, saya sadar akan kontra yang muncul dan kesedihan atau kekecewaan di hati Anda yang peduli, atau mungkin sayang, dan ingin saya terus menjadi lebih baik.
Namun saya memutuskan, bahwa di dalam perjalanan saya memperbaiki diri secara spiritual, saya tidak mau berhenti berbagi ilmu yang saya dapat mengenai motivasi, life-skill, dan inspirasi kehidupan dan berelasi dengan orang lain.
Saya berbagi sebagai seorang murid yang suka belajar.
Bukan sebagai seorang "maha guru" atau sebagai motivator yang sempurna.
Maafkan kekurangan saya, maafkan kelemahan saya yang membuat banyak pihak kecewa.
Namun saya akan tetap berbagi inspirasi, terlepas dari persetujuan dan dukungan Anda terhadap hobi yang saya cintai tersebut.
Karena itulah siapa diri saya.
Berbagi positivity membuat saya kuat dan bahagia.
Dan saya ingin orang lain ikut merasakan energi tersebut.
Sambil berjalan menuju "diri yang lebih baik", saya akan tetap melakukan hal yang membuat diri saya bahagia yang dapat menumbuhkan energi positif di hati Anda.
Karena siapapun Anda dan apapun yang Anda nilai atau rasakan terhadap saya, Anda pantas merasakan energi positif dan kebahagiaan karena bertumbuh sebagai manusia yang lebih baik." (*)
(Tribunnews.com/Nidaul 'Urwatul Wutsqa)