TRIBUNNEWS.COM - Garin Nugroho memberi tanggapan terkait panutan moral menjadi tanggung jawab pembuat film.
Pria yang menggarap film 'Kucumbu Tubuh Indahku' itu menegaskan bahwa panutan moral bukan tanggung jawab dari pembuat film.
"Kadang-kadang pembuat film justru membikin ending yang pesimistis," tutur Garin yang Tribunnews kutip melalui tayangan YouTube Kompas TV, Kamis (12/12/2019).
Ia kemudian menambahkan, ending film yang dibuat hitam atau gelap itu bertujuan untuk membuat orang merasakan inti film itu.
Pria kelahiran Kota Yogyakarta tersebut juga menuturkan, terkadang ending film membuat orang merenungi dirinya, bahkan tanpa pemecahan masalah.
Sebelumnya, ia sempat dilempari pertanyaan soal alasan ending filmnya yang begitu gelap.
"Karena kalau tidak berdarah, saya tidak merasakan menjadi manusia," tutur Garin.
Sutradara film tersebut menambahkan apabila tidak pernah merasakan kekerasan, bagaimana dapat mengerti arti antikekerasan?
Ia lalu menegaskan di periode-periode pembuatan film era sekarang ini, harus disadari bahwa film memiliki peran yang begitu banyak.
Film Dianggap sebagai Panutan Moral
'Kucumbu Tubuh Indahku' sempat mendapat penolakan di berbagai tempat.
Pro dan kontra bermunculan terkait kelahiran film 'Kucumbu Tubuh Indahku' besutan Garin Nugroho.
Menurut Garin, di Indonesia ini ada persoalan besar dalam menginterpretasikan sebuah film.
"Di Indonesia itu, film selalu dianggap sebagai panutan moral. Itu kesalahan besar," tutur Garin Nugroho.