TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Setelah meninggalnya Lina Jubaedah, ibunda dari Rizky Febian ada beberapa kondisi kesehatan yang terkuak.
Lina mantan istri Sule disebut memiliki riwayat sakit lambung yang menjadi penyebab kematiannya hingga pernah mati suri sebanyak tiga kali.
Benarkah manusia bisa mengalami mati suri? Bagaimana penjelasan medisnya?
Mati suri ini ini biasanya berupa pengalaman pribadi menuju kematian, tapi secara medik biasanya mati suri ini dikenal dengan pingsan karena henti jantung atau koma.
DR.dr.Tan Shot Yen,M.hum menjelaskan saat pingsan tersebut bisa disebabkan berbagai hal seperi kurangnya oksigen pada bagian otak.
Baca: Fakta Soal Warna Ungu di Mulut Lina Diungkap Pengacara Rizky Febian, Putri Delina Diperiksa Polisi
Baca: Yakin Lina Mantan Istri Sule Meninggal Wajar, Ponsel Tedy Diperiksa, Hari Ini Akan di BAP Polisi
Ada beberapa faktor yang sebabkan otak kekurangan oksigen seperti gangguan sistem pompa jantung yang tidak mensuplai darah ke otak hingga pendarahan.
“Kalau dalam kasus pendarahan, darahnya kan keluar banyak, volume darah jadi anjlog otak jadi gak dapat suplai darah yang cukup,” ucap dr. Tan kepada Tribunnews.com, Jumat (10/1/2020).
Baca: Polisi Tidak Akan Libatkan Ayu Azhari dalam Kasus Senpi Ilegal Axel Gondokusumo
Baca: Setelah Rizky Febian, Kini Putri Delina Juga Didatangi Lina dalam Mimpi: Ngebangunin Teteh
Saat otak kekurangan oksigen tiga menit saja maka kejadian tidak sadarkan diri mungkin saja terjadi pada seseorang.
“Jadi waktunya gak bisa dipastikann, termasuk koma kan. Tapi prinsipnya risiko kerusakan otak bisa terjadi jika dalam 3 menit otak tidak mendapt suplai oksigen cukup,” tutur dr. Tan.
Pingsan mungkin saja terjadi berkali-kali tergantung kondisi kesehatan seseorang.
Bawaan penyakit seperti gangguan irama jantung, diabetes, darah rendah, epilepsi, nyeri, trauma emosional hingga dehidrasi juga bisa memancing pingsan.
“Pingsan bisa berkali-kali tergantung masalah kesehatannya. Prinsipnya, darah atau oksigen nggak nyampe ke otak, hipoksia,” kata dr. Tan.
Sementara seseorang dinyatakan meninggal jika alat rekam aktivitas listrik otak (EEG) sudah menunjukkan nol.
“Saat dinyatakan meninggal nanti organ-organ tubuhnya ‘shut down’ atau henti kerja nggak serempak, tapi bertahap. Makanya ada mayat yang kukunya atau rambut nambah panjang setelah dikubur,” pungkas dr. Tan.