"Dari 3.000 responden cuma satu persen saja addict."
"Kenapa bisa heboh? Ya karena menonjol dan mencuri perhatian," katanya.
Hudaniah meminta celebrity worship syndrome tidak boleh dianggap remeh.
"Bukan masalah sederhana, ini menimbulkan risiko pada dirinya atau orang lain. Tidak banyak, (tapi) tetap perlu menjadi antisipasi," katanya menekankan.
Baca: Klarifikasi Reemar Martin saat Fansnya Disebut Report Akun BTS: Saya Tidak Benci BTS
Bahaya dan Faktor pendorong Celebrity Worship Syndrome
Hudaniah menilai celebrity worship syndrome bisa memunculkan konflik meskipun hanya lewat media sosial.
Karena di media sosial memiliki keterbatasan tersendiri dalam membanguun sebuah komunikasi.
Termasuk kesalahan persepsi yang bisa ditimbulkannya.
"Ditambah emosi-emosi addict yang ekstrim dan tidak normal."
"Sehingga salah mempersepsikan, misal konten atau komentar yang sebetulnya tidak berbentuk ancaman bisa dipersepsikan sebaliknya."
"Atau bisa memicu konflik antar orang yang sudah dan tidak suka," urainya.
Sedangkan faktor pendorong celebrity worship syndrome bisa berasal dari mana saja.
Seperti usia, jenis kelamin, atau latar belakang pekerjaan.
"Dan kemampuan atau keterampilan sosial dan tidak lupa juga faktor kesejahteraan psikologinya," tutup Hudaniah.
Baca: Mengenal Reemar Martin, Artis Tik Tok Filipina yang Diserang Netizen Indonesia, Masih 21 Tahun