"Sehingga memiliki kesetaraan akses terhadap ekonomi, sosial dan politik yang mensejahterakan, imbuhnya.
Dosen lulusan Flinders University Australia ini menyebut masyarakat Indonesia adalah masyarakat komunal dan norma sosial masih ditegakan.
Sehingga wajar jika banyak tanggapan negatif terhadap tindakan Sarah, meskipun nantinya anggapan negatif tak melekat lama pada diri Sarah.
"Karena sifat masyarakat pasca modern adalah amnesia terhadap pemberitaan, maka banyak individu yang bermain-main dengan hal-hal yang melanggar normal sosial untuk mencari viral," jelasnya.
Habsari melihat tindakan Sarah yang menciptakan kontroversi lalu membuat klarifikasi sebagai bermain-main dengan respons masyarakat.
Baca: Ahli Hukum Sebut Sarah Keihl Bisa Dipidana Maksimal 6 Tahun Penjara, Melanggar UU ITE
Selain itu, pemahaman dan penggunaan new media di kalangan masyarakat Indonesia masih terbilang baru.
Sehingga isu kontroversial akan mudah tergantikan dengan isu baru yang ujung-ujungnya menjadi bahan gosip dengan penilaian di permukaan.
"Media baru dipergunakan dalam batas untuk bergosip, belum sampai pada kematangan menilai," tutur Habsari.
"Lagipula cepatnya pergantian isu membuat tidak sempat juga untuk merenungkan dan menilai sehingga hanya berhenti menjadi gosip saja," sambungnya.
Sarah Keihl bercanda lelang keperawanan
Diberitakan sebelumnya, pada Rabu (20/5/2020) malam, akun Instagram dan YouTube Sarah Keihl mengunggah video dirinya.
Dalam video itu, ia mengaku miris melihat korban terdampak corona, termasuk pengusaha seperti dirinya.
Sehingga ia hendak melelang keperawanan untuk menggalang dana dimulai dari Rp 2 miliar.
Tak lama setelah unggahan itu viral, Sarah langsung menghapusnya dari Instagram, tak lama kemudian dari YouTube.