TRIBUNNEWS.COM - Video Sarah Keihl yang menyatakan diri akan melelang keperawanannya dengan harga dimulai dari Rp 2 Miliar untuk membantu korban Covid-19 sontak viral di media sosial.
Beberapa saat setelah video tersebut viral, Sarah langsung menghapusnya.
Sarah kemudian mengklarifikasi bahwa pernyataannya tersebut hanya gurauan dan sarkasme untuk menyindir orang-orang yang masih tak peduli dengan pandemi Covid-19.
Meskpun telah memberikan klarifikasi dan menghapus videonya, pernyataan Sarah Keihl masih menjadi sorotan masyarakat.
Baca: Hotman Paris Ingatkan Ancaman Hukuman Bagi Sarah Keihl yang Lelang Keperawanan: Anda Harus Hati-hati
Aktivis perempuan dari Solidaritas Perempuan untuk Kemanusiaan dan Hak Asasi Manusia (SPEK-HAM), Fitri Haryani, menanggapi hal tersebut.
Menurut Fitri, pernyataan Sarah tersebut merupakan suatu kepanikan dalam melihat situasi atau kondisi di tengan pandemi ini.
"Kalau sudah disampaikan seperti itu, secara otomatis kan ada suatu hal kepanikan."
"Kalau saya melihat situasi, kondisi, tingkat depresi di situasi pandemi sekarang artinya kemudian muncul semacam sarkasme itu yang bagaimana dia mau mengungkapkan dengan situasi kondisi dia terhadap kondisi pandemi sekarang," kata Fitri pada Tribunnews.com melalui telepon, Kamis (21/5/2020) malam.
Fitri pun menilai ungkapan kepanikan Sarah dalam bentuk sarkasme itu kemungkinan muncul karena ia tidak mampu mengungkapkan dalam bahasa lain.
Pada akhirnya, menurut Fitri, pernyataan yang Sarah ungkapkan tersebut jadi menyerang dirinya sendiri.
"Kalau menyadari (bahwa itu sarkasme), itu kan suatu hal yang kemudian tidak hanya dilihat 'keperawanan' itu bukan sesuatu hal yang betul-betul mau dilakukan, tetapi dalam 'suatu hal yang sangat fundamental terhadap harkat martabat seorang perempuan'," kata Fitri.
"Nah ini bisa jadi ungkapan kepanikan itu yang kemudian tidak disadari muncul bentuk sarkasme, dia tidak bisa mengumpat dengan bahasa yang lain misalnya, jadi menyerang diri sendiri," sambungnya.
Fitri menambahkan, bisa jadi Sarah tidak menyadari bahwa pernyataannya merupakan sarkasme yang menyinggung harkat martabat perempuan sehingga ia pun tak membayangkan dampak setelahnya.
"Bisa juga ini sebagai bentuk bagian otoritas tubuh seseorang yang kemudian tidak menjadi persoalan misalnya terkait dengan hak dan otoritas keadaan tubuh, kemudian dia mengungkapkan sebagai bentuk sindiran salah satunya," lanjut Fitri.