TRIBUNNEWS.COM - Desainer ternama Indonesia, Barli Asmara meninggal dunia, Kamis (27/8/2020).
Rekan almarhum, Ria Miranda mengatakan menurut informasi yang ia terima, Barli Asmara meninggal sekira pukul 14.00 WIB.
Menurut Ria, Barli meninggal katena sakit paru-paru.
Sebelum meninggal, Barli sempat dirawat di ICU sebuah rumah sakit di Bali.
"Emang udah di ICU di sananya, di rumah sakit di Bali, karena udah pindah kan,"
"Saya tanya sakitnya di bagian paru. Nah tapi aku kurang tahu detail sakitnya," ujar Ria Miranda kepada awak media.
Kabar Barli Asmara meninggal dunia pertama diketahui dari postingan terbaru Zaskia Sungkar di Instagram.
Di situ, dia membagikan potret kebersamaannya bareng Barli Asmara.
Tak cuma itu, kolom komentar postingan Barli Asmara di Instagram pun langsung dibanjiri ucapan duka cita dari rekan-rekan selebritis.
Profil Barli Asmara
Dikutip darl laman barliasmara.id, Barli Asmara lahir di Bandung, 3 Maret 1978.
Ia tertarik ke dunia seni dan fashion sejak masih bersekolah.
Semangat seni dan fashion sudah tumbuh dalam dirinya sejak masih bersekolah.
Mengikuti mimpinya, ia memulai labelnya "Barli Asmara" yang memproduksi Ready to Wear dan couture kelas atas untuk wanita pada tahun 2002.
Baca: Ria Miranda Sebut Barli Asmara Pribadi Rendah Hati
Barli Asmara terpilih sebagai salah satu Perancang Busana Indonesia terbaik oleh Majalah Dewi pada tahun 2008.
Berbagai penghargaan diberikan kepadanya seiring dengan pertumbuhan dan kedewasaan karir fesyennya.
Terus berkiprah di kancah fashion Indonesia, Barli Asmara tergabung dalam Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI) sejak 2011.
Dua tahun kemudian, pada 2013, ia memperkenalkan label fesyen pria “B Homme” dan label busana busana muslim wanita “ B oleh Barli Asmara ”.
Pernah Ditentang Orang Tua
Dikutip dari Kompas.com, Barli kecil ternyata sudah berkeinginan untuk menjadi desainer ternama.
Hal itu tercemin setiap kali orang tua menanyakan apa keinginan sang anak.
"Saya ingin punya baju yang banyak.” jawabnya
Barli mengaku kerap ditentang oleh ayah dan ibunya perihal keinginannya untuk menjadi praktisi fesyen.
Orang tuanya hanya berpikir, ‘Mau hidup seperti apa kamu kalau jadi desainer?!’
Barli adalah bungsu dari tiga bersaudara.
Kandungan ibunya baru menginjak 7 bulan saat dia terlahir di Kota Kembang dengan bobot hanya 1,5 kilogram.
Namun, sejak bayi, Barli telah menunjukkan pertanda sebagai seorang anak yang tidak mudah menyerah.
“Waktu lahir, saya harus diinkubator karena prematur. Saking kurusnya saya, sampai-sampai keluarga sering khawatir. Ibu dan nenek saya sangat mencintai saya, sehingga saya lebih dekat dengan mereka ketimbang ayah saya,” tuturnya dikutip dari bisnis.
Jejaka berkacamata itu ingat bahwa sewaktu kecil ayahnya lebih menginginkan dia menjadi pembalap atau tentara, maupun profesi lain yang menonjolkan maskulinitas.
Baca: Desainer Rinaldy Yunardi Benarkan Barli Asmara Meninggal Dunia
Padahal, hati kecil Barli ingin sekali berkecimpung di dunia fashion.
Apalagi, dia terinspirasi dari neneknya yang merupakan seorang perias pengantin Sunda dan memiliki sekolah kepribadian, serta aktif dalam berbagai organisasi kewanitaan.
Bisa dibilang, Barli terlahir di tengah keluarga yang berkelimpahan secara materi.
Barli harus memulai dari titik nol untuk membuktikan pada kedua orangtuanya bahwa menjadi perancang mode adalah pilihan hidup yang tepat untuknya.
“Saya tergolong anak dari keluarga mampu, tetapi saya tidak difasilitasi. Perjalanan saya tidak semulus apa yang dipikir orang. Saya harus belajar sendiri untuk mandiri, survive, danstruggle supaya bisa sampai puncak,” jelasnya saat ditemui di sela-sela JFW 2017
Satu-satunya yang mendorong determinasi Barli adalah keinginan untuk mengubah pola pikir orang tuanya tentang industri fesyen.
Dari sana, dia lantas menempuh pendidikan desain interior pada 1996-1998, dilanjutkan dengan studi komunikasi bisnis pada 1998.
Tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa bisnis fesyen yang dikelola dengan ilmu yang baik bisa memberi keuntungan material bagi dirinya, serta manfaat bagi banyak orang.
Langganan Jokowi
Uniknya, Barli sama sekali tidak pernah mengambil studi di sekolah fesyen selama hidupnya.
Bakat otodidak Barli sebagai perancang justru dimulai dari hobinya.
“Saya suka menggambar. Saat menggambar, saya merasa seperti ada aura tertentu dari tangan saya. Seperti ada magnetnya. Kalau sudah menggambar, saya tidak bisa berhenti,” akunya.
Desainer langganan Presiden Joko Widodo itu hobi sekali menggambar obyek-obyek yang dia lihat sehari-hari, mulai dari wajah orang, rumah, hingga pemandangan.
Dari kegemarannya menggambar itu pula, dia menemukanpassion-nya di dunia desain.
Untuk mengejar cita-citanya, Barli memulai dengan modal hanya Rp2 juta hingga Rp3 juta untuk bekerja sama dengan sebuah butik milik teman sekolahnya.
Dia juga menyewa rumah petakan untuk mengawali kariernya dalam membuat label busananya sendiri.
“Saya pernah juga jadi pesuruh. Saya tidak punya mobil, tidak punya kacamata banyak, tidak punya baju, tidak punya parfum, makan cuma di warteg. Namun, saya dekati orang-orang yang bisa menunjang karier saya, seperti tukang jahit dan tukang pola. Dari sanalah saya belajar tentang cara membuat baju. Itu jejak langkah awal saya."
Pada 2000, akhirnya mimpi Barli untuk mendirikan label kesampaian.
Dia mulai dikenal dengan ciri khas karyanya yang kaya detail manik-manik, mutiara, permata, rumbai, dan bulu serta permainan teknik simpul makrame, sulam, dan bordir.
Terobosannya di jagat fashion nasional ditembus pada 2008 saat dia ditantang menjadi salah satu pengisi sesi peragaan busana Dewi Fashion Knights di Jakarta Fashion Week (JFW), bersanding dengan nama-nama besar. Salah satunya adalah Sebastian Gunawan.
“Waktu tim Dewi rapat redaksi, mereka bertanya-tanya, siapa Barli. Tidak ada yang mengenal saya. Namun, di ajang itu saya mempertaruhkan karier dan nama saya. Saya terdeterminasi untuk membuktikan kemampuan saya melalui karya,” tegasnya.
Sejak debutnya di lintasan runway JFW 2008 itu, nama Barli kian melejit.
Berbagai undangan dan tawaran show tunggal berdatangan.
Beraneka penghargaan bergengsi di dunia fesyen nasional dan internasional pun terus menghujaninya.
Baca: BREAKING NEWS: Kabar Duka, Desainer Barli Asmara Meninggal Dunia
Namun, lagi-lagi, langkahnya terhenti ketika pada 2010 Barli didiagnosis dengan penyakit kronis yang enggan dia jabarkan lebih jauh.
Absen selama dua tahun karena sakit parah, Barli tidak ingin langkahnya terhenti begitu saja karena deritanya.
“Saya terinspirasi oleh desainer Karl Lagerfeld. Meski usianya sudah 83 tahun, dia masih punya banyak ide dan mampu menjadi konseptor kreatif untuk rumah mode seperti Chanel atau Fendi. Kebayang enggak sih? Dia berprinsip sebelum diberhentikan, jangan pernah putus dan menghentikan sebuah cerita,” ucap Barli.
(Tribunnews.com/Daryono/Bayu Indra Permana) (Kompas.com)