TRIBUNNEWS.COM - Pada masa pandemi Covid-19, kegiatan ospek untuk mahasiswa baru tetap digelar meski hanya melalui jejaring internet.
Namun, belum lama ini muncul sebuah video yang menggambarkan suasana ospek di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) beredar luas di masyarakat.
Tak main-main, dikabarkan sejumlah mahasiswa yang ada dalam video itu mengalami tekanan psikis akibat kegiatan tersebut.
Dalam video tersebut terlihat seorang mahasiswa yang diduga adalah seorang senior di kampus Unesa membentak dan memarahi para mahasiswa baru yang dinilainya tidak tertib.
Baca: Heboh Ospek Online Unesa Dibentak Senior, Pengamat: Seperti Masa Kolonial, Jauh dari Roh Pendidikan
Terkait kejadian itu, pihak kampus mengaku sudah memberikan pendampingan langsung secara daring maupun tatap muka kepada para mahasiswa.
"Tekanan yang dialami begitu hebat, baik dari media sosial hingga ke langsung ke nomor pribadi," kata Kepala Humas Unesa, Vinda Maya Setianingrum, seperti diberitakan sebelumnya.
Baca: Terungkap Sosok Senior yang Bentak Maba Saat Ospek Onlne Unesa, Kondisinya Kini Mengkhawatirkan
Selanjutnya, tim Crisis Center dari program studi psikologi memberikan layanan terapi kognitif yang biasa diberikan untuk para penderita tekanan mental.
Lantas, sebenarnya apa sih efek yang terjadi bila seseorang dibentak dan dimarahi terhadap kondisi mental seseorang?
Psikolog Mario Manuhutu, MSi, dalam perbincangan dengan Kompas.com memberikan pandangannya.
Menurut Mario, bentakan yang dilakukan oknum senior tak jarang menjadi melampaui batas dan berujung pada penghinaan fisik.
Atau, bisa pula mewujud dalam hukuman yang tak sesuai, bahkan sampai terjadi hukuman fisik.
“Acaranya orientasi, tapi ngebentaknya ada yang di depan muka, ada body shaming, atau fisik, disuruh push up gitu kan,” ujar Mario, Selasa (15/9/2020).
Bentakan, kata-kata kasar, dan kekerasan verbal, kata Mario, bisa berakibat fatal pada mental seseorang.
Sebab, pada dasarnya manusia cenderung mengingat pengalaman-pengalaman buruk di dalam memori.