News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Karaoke Sembari Belajar Lewat Lagu Nasional, Lagu Anak hingga Lagu Daerah di Sofa Kuning

Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sofa Kuning di Mola TV Episode 1 dipandu oleh Aqi Singgih dan Audrey Meirina

TRIBUNNEWS.COM –  Musik dan lagu dapat menjadi media belajar terutama bagi anak-anak.

Di tengah pandemi covid-19 khususnya, pembelajaran anak terbatas bahkan untuk mengenal muatan lokal seperti lagu daerah tempatnya belajar.

Mola TV melalui program teranyarnya, Sofa Kuning berkomitmen menghadirkan tayangan hiburan sekaligus edukasi kepada anak dan keluarga.

Dengan kemasan karaoke pun wawasan anak-anak dapat bertambah.

Tak hanya itu, Sofa Kuning juga menyiapkan hadiah bagi keluarga hingga ratusan juta rupiah.

Keluarga Aqi Singgih saat menyanyikan lagu Halo, Halo Bandung di acara Sofa Kuning Mola TV (Tangkap layar Mola TV)

Lagu, Sejarah, dan Matematika

Baca juga: Sebut Program Sofa Kuning Angin Segar, Aqi Singgih Jelaskan Pentingnya Lagu Anak pada si Kecil

Seperti diketahui, Sofa Kuning di Mola TV adalah sebuah acara keluarga yang menampilkan lagu-lagu anak Indonesia berikut aransemen ulang sesuai selera jaman.

Sofa Kuning dikemas dalam bentuk karaoke dan kuis berhadiah, ditayangkan setiap hari Sabtu pukul 18.30 wib di NET TV, atau bisa diakses melalui aplikasi Mola TV.

Dalam setiap pekan, berbagai lagu dimainkan dan dinyanyikan sebagai awalan serta bahan tanya jawab ilmu pengetahuan.

Dari lagu nasional contohnya di Episode 1 Sofa Kuning.

Pemandu acara yakni Aqi Singgih (Alexa ) dan Audrey Meirina sekaligus dua anaknya itu mengawali sesi dengan mengenalkan lagu  Halo-Halo Bandung.

Awalnya, Aqi menjelaskan mengenai sejarah dari  lagu berlatar belakang persitiwa Bandung Lautan Api pada 1946.

Yakni berisi tentang perlawanan rakyat Bandung terhadap penjajah dari tentara Belanda dan sekutunya hendak mengambil alih Kota Kembang.

“Tetapi teman-teman di Bandung ga mau (kota diambil alih), akhirnya mereka membakar kota dan 200 ribu penduduk Bandung pergi ke pegunungan, maka akhirnya disebut Bandung lautan Api,” jelas Aqi.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini