TRIBUNNEWS.COM - Pedangdut Juwita Bahar pernah menjalani pola diet yang salah.
Ia menghentikan kebiasaannya makan nasi dengan harapan mendapatkan bentuk tubuh ideal.
Namun, harapan jauh panggang dari api. Ia malah jatuh sakit. Terbaring tak sadarkan diri di rumah sakit selama 15 hari.
Kala itu, saat usianya 10 tahun, ia didiagnosa mengidap penyakit serius pada bagian otak.
"Jadi kayak protein dan karbohidratnya enggak seimbang. (Gara-gara itu) aku sakit maag, terus panas dan demam," ucap Juwita saat ditemui di kawasan Tendean, Jakarta Selatan, Selasa (5/1/2020).
Efek pola makan rendah karbohidrat
Karbohidrat adalah sumber utama energi bagi tubuh.
Dilansir Science Daily, penulis sebuah studi besar yang dipresentasikan di ESC Congress 2018, Professor Maciej Banach, of the Medical University of Lodz mengungkapkan, pola makan rendah karbohidrat sangat tidak aman dan harus dihindari.
Baca juga: Cara Menurunkan Berat Badan: Konsumsi Makanan Berserat, Kurangi Karbohidrat, dan Hindari Junk Food
Meski dalam jangka pendek dapat bermanfaat untuk menurunkan berat badan, menurunkan tekanan darah dan mengontrol gula darah, namun studi yang dilakukannya menemukan bahwa pola makan tersebut dapat berdampak buruk untuk jangka panjang.
"Kami menemukan bahwa orang-orang yang menerapkan pola makan rendah karbohidrat memilki risiko kematian dini lebih tinggi."
"Peningkatan risiko lainnya termasuk kematian karena penyakit jantung koroner, stroke dan kanker. Pola makan ini harus dihindari," ungkapnya.
Lebih jauh, mengapa pola makan rendah karbohidrat ini berbahaya untuk jangka panjang dan bisa menyebabkan pengembangan sejumlah penyakit kronis?
1. Tubuh kehilangan gizi penting
Ahli gizi teregistrasi dan pendiri The Better Nutrition Program, Ashley Moff mengatakan, karbohidrat kerap dipandang buruk oleh banyak orang.