TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA-Gitaris EdanE dan mantan personel God Bless, Eet Sjahranie (59) sempat mengalami pasang surut dalam berkarya. Rock pernah berjaya juga pernah mengalami pasang surut. Seperti halnya perjalanan Eet di belantika musik tanah air.
Namun, hal itu dilaluinya hingga konsisten berkarya selama hampir empat dekade, sejak era 80 an. Penggemar gitaris AC/DC Angus Young ini 'main' ke markas Tribun Network di Palmerah, Jakarta. Eet mengenakan topi dan kaos hitam Edane yang melekat ditubuhnya.
Dalam sesi wawancara bersama Direktur Pemberitaan Febby Mahendra Putra, Eet menceritakan awal mula dirinya terjun ke dunia yang digelutinya saat ini, dunia rock."Saya sendiri tidak pernah kebayang bisa main di depan orang banyak dan bikin musik yang didengar orang," ceritanya, Kamis (25/2).
Pemilik nama lengkap Zahedi Riza Sjahranie ini belajar gitar secara autodidak. Berbeda dengan zaman now, Eet remaja belajar ngulik lagu hanya menggunakan 'kuping'. Katanya itu menjadi tantangan sendiri dizamannya."Zaman itu kita tidak pernah melihat langsung. Sekarang bisa lihat YouTube. Kalau dulu murni telinga. Karena tidak melihat secara mata, ya tersandung-sandung," kata Eet seraya tertawa.
Karir profesionalnya dimulai ketika merekam Selamat Untukmu dalam Jakarta Rhythm Section bersama Fariz RM. Dari situ, ia terlibat dalam album Kharisma Indonesia karya Ekki Soekarno. Kemudian bergabung dengan God Bless hingga membentuk EdanE.
Kurang lebih sudah empat dekade Eet Sjahranie konsisten di jalur musik, terkhusus musik Rock. Gayanya tak berubah, tetap 'hitam-hitam'. Namun perjalanannya tak mudah dan sempat mengalami naik-turun dalam bermusik. Seperti apa ceritanya? Berikut petikan wawancara eksklusif bersama Eet Sjahranie:
Anda puluhan tahun bermusik adakah pengalaman yang berkesan?
Terlalu banyak untuk diceritakan cuma yang jelas saya sendiri sempat kepikiran gitu tidak pernah kebayang bisa main di depan orang banyak. Bikin musik yang didengar orang cuma bisa bilang Alhamdulillah.
Lagu yang paling berkesan?
Saya hanya bisa menceritakan itu waktu saya mengerjakan album EdanE 170 Volts 2001. Di mana waktu itu pertama kalinya saya menjajakan materi yang saya punya ke para produser saat itu.
Baca juga: Cerita Pahit Gitaris Eet Sjahranie Saat Manggung, Dilempar Batu, Lukanya Masih Berbekas
Sebelumnya saya tidak pernah mengenal poin-poin tadi. Dulu saya bergabung dengan God Bless saya masuk God Bless. EdanE awal ada almarhum Jimmy Doto itu memboyong kita masuk Airo, kemudian memboyong kita masuk Aquarius tanpa kesulitan apa-apa.
Di 2001 waktu itu Aquarius tidak lagi dengan kita. Dia mempersilakan saya untuk menawarkan ke tempat lain. Disitulah kesan yang saya dapat, pengalaman yang saya dapat juga banyak, yaitu berinteraksi dengan para produser. Berkaitan dengan materi yang akan saya jajakan ini.
Pengalaman saya bolak-balik untuk dapat memenuhi 'tuntutan' label. Bagaimana musik yang saya usung ini bisa penetrasi ke masyarakat melalui label ini, bisa masuk ke radio, bisa masuk ke tv, tapi tetap menjaga karakter yang kita usung. itu PR sih. Bolak-baliknya itu. Yang lagu ini ah kurang bagus, kurang ini, kurang itu.
Kalau lagu yang berkesan banyak. Cuma kalau poin itu membuat album tadi. Yang mana tidak pernah saya alami sebelumnya.
Baca juga: Badai Cedera Liverpool Belum Purna, The Reds Konfirmasi Absennya Jordan Henderson
Awal mulanya gimana Anda bisa terjun ke musik?
Kalau saya lihat balik lagi. Dulu-dulu sudah ada gejala seperti itu. waktu SD, saya ingat banget dapat kesempatan punya tape dari abang. Memutar kaset apapun lagu Indonesia, lagu Barat. Terus pulang sekolah sok-sok nge-band walaupun tidak bisa main band.
Singkat cerita, ketika saya bisa main gitar, saya perdalam sendiri sambil belajar dari teman-teman. Akhirnya kebawa terus. Waktu itu masih tinggal di Samarinda, Kalimantan.
Kapan Anda menginjak profesional?
Tepatnya 1987. Saya pertama kali rekaman dengan Fariz RM itu grup namanya Jakarta Rhythm Section. Tapi itu proyek punyanya Fariz RM. Saya mengisi pertama kali lagu judulnya Selamat untukmu. Itu di Jakarta. sudah pindah dari Samarinda. Waktu setelah lulus SMA 1982.