Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Radang tenggorokan dapat dipicu oleh beberapa hal di antaranya virus, bakteri, hingga makanan dan minuman.
Namun, selain dari eksternal, ada faktor internal yang dapat memicu terjadinya radang tenggorokan.
Menurut dr Ridha Patria Febriani, Sp. THT- KL, timbulnya rasa nyeri tenggorokan karena sering berbicara sangat mungkin terjadi.
Hal ini disebut sebagai laringtis, terjadi karena peradangan pada pita suara.
Rasa yang ditimbulkan adalah rasa nyeri pada tenggorokan, sulit berbicara, suara alami serak, batuk-batuk dan alami demam.
Biasanya ini terjadi pada orang yang memiliki profesi mengandalkan suara. Contohnya penyanyi atau presenter.
Baca juga: Benarkah Kumur Air Garam Dapat Obati Radang Tenggorokan?
Oleh karena itu, dr Ridha menyarankan agar setiap orang saat berbicara dikontrol secara benar, tidak bicara terlalu cepat dan keras. Yang penting dapat didengar dan mudah dipahami.
Selanjutnya adalah mencukupi kebutuhan cairan sehingga tenggorokan tidak mengalami kekeringan yang dapat menyebabkan iritasi.
Dokter Ridha memaparkan setidaknya seseorang harus mengonsumsi air sebanyak 8 gelas sehari.
Sehingga, tetap dapat menjaga kelembaban pada tenggorokan. Selain itu juga diharapkan dapat menjaga kebersihan mulut meski sedang berpuasa.
Baca juga: Tips Pengobatan Sederhana untuk Pereda Masalah Tenggorokan
Sikat gigi dan kumur-kumur menggunakan anti septik. Tujuan agar dapat mengurangi risiko radang tenggorokan.
Yang utama adalah istirahat yang cukup minimal 6-8 jam untuk orang dewasa. Kalau malam tidak bisa cukup beristirahat bisa diganti pada siang hari.
Cara tersebut bisa menjaga stamina pada tubuh sehingga tidak terpapar virus atau bakteri yang dapat sebabkan radang.
"Kemudian kalau merokok sebaiknya distop karena asap rokok bisa membuat iritasi. Jika tenggorokan sakit masih sakit, lakukan konsultasi pada dokter,"katanya dalam live streaming, Selasa (27/4/2021).