TRIBUNNEWS.COM - Dai Nahdlatul Ulama (NU) Miftaim An'am alias Miftah Maulana Habiburrahman atau populer dipanggil Gus Miftah menjawab tudingan bahwa dirinya kafir dan sesat.
Diketahui, tudingan itu dilayangkan beberapa orang kepadanya setelah ia berceramah atau menyampaikan orasi kebangsaan di acara peresmian Gereja Bethel Indonesia (GBI) Amanat Agung, Penjaringan, Jakarta.
Dalam cuplikan program KompasTv Rosi Spesial Lebaran, Gus Miftah mengatakan dirinya menghadiri acara tersebut bukan atas permintaannya.
Ia diundang oleh pihak GBI melalui Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU) Helmy Faishal Zaini.
"Saya diundang oleh teman-teman di GBI itu melalui Sekjen PBNU, karena kebetulan mereka punya akses melalui Sekjen PBNU Gus Helmy," kata Gus Miftah dalam video yang diunggah kanal YouTube Kompastv, Kamis (6/5/2021).
Tak hanya sendiri, lanjut Gus Miftah, sejumlah tokoh hadir di acara tersebut, di antaranya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB).
Baca juga: Gus Miftah: Ada Empat Karakter dalam Beragama dan Berbangsa
"Enggak (sendirian), ada Gubernur DKI, Sekjen PBNU, kemudian ada FKUB, tokoh-tokoh agama, dan mereka tanda tangan prasasti kerukunan," terang Gus Miftah.
Sejumlah tokoh yang Gus Miftah sebutkan, kecuali dirinya, berada di sana untuk mendandatangani prasasti kerukunan.
Sedangkan Gus Miftah diberi kesempatan untuk menyampaikan orasi kebangsaan.
Bicara soal videonya yang viral hingga ada beberapa orang yang menyebutnya kafir dan sesat, Gus Miftah meyakini imannya kini masih utuh.
"Kalau ada yang mengatakan 'Miftah kafir masuk gereja', saya meyakini kok, insyaallah sampai hari ini iman saya masih utuh," kata Gus Miftah.
Gus Miftah memahami jika beberapa orang tidak sepakat dengan apa yang ia lakukan, ia juga mempersilakan orang-orang menyalahkannya.
Meski demikian, kata Gus Miftah, apa pun yang terjadi hal itu tidak akan melunturkan imannya kepada agama Islam.
"Banyak (tekanan), bahkan arahnya personal, dan saya fine-fine saya. Saya selalu mengatakan, 'kita tidak bisa mengatur ombak tetapi kita bisa belajar berselancar'."
"Kita tidak bisa mengatur omongan orang lain kepada kita, yang bisa kita lakukan hanyalah menghadapi omongan mereka," jelas Gus Miftah.
Gus Miftah berprinsip, ia wajib menghormati orang lain, tetapi orang lain tidak berkewajiban menghormatinya.
Ia bisa memaksa dirinya untuk menghormati Nabi Muhammad SAW, tetapi ia tak bisa memaksa Rasul untuk menghormatinya.
Lebih lanjut, Gus Miftah menegaskan, kedatangannya di GBI Amanat Agung semata-mata untuk mencerminkan sikap saling hormat antar agama.
Baca juga: Bahas Heboh Babi Ngepet Bareng Anang dan Ashanty, Gus Miftah: Hidup Susah, Belajar Iman yang Benar
Dalam penutupan orasinya, sambung Gus Miftah, dia mengatakan bahwa persoalan akidah antar agama memang berbeda, tetapi persoalan muamalah bisa bersama-sama.
Dai berusia 39 tahun itu kemudian menceritakan bagaimana dia tinggal di lingkungan yang 60 persen warganya adalah umat Nasrani.
Setiap Hari Raya Idul Adha, dia memotong sapi dalam jumlah banyak, karena saat semua umat Islam melaksanakan shalat ied, maka yang menjaga hewan kurban adalah umat Nasrani.
Saat Hari Raya Idul Firti, umat Nasrani pun turut membantu umat Islam menjaga parkir kendaraan.
"Itulah indahnya Indonesia menurut saya. Maka saya mengatakan, saya tidak sepakat ketika ada orang mengatakan semua agama itu benar."
"Tetapi bagi saya adalah kalimat ini harus dikompliti, semua agama itu benar bagi penganutnya," jelas Gus Miftah.
Sementara itu, ditanya apakah Gus Miftah kapok berorasi di gereja, dia menjawab tidak dan tetap akan melakukannya jika ada yang meminta.
Sebab, seperti yang dikatakan gurunya, bagi Gus Miftah yang terpenting adalah akidahnya selalu terjaga.
Selain itu, selama ada kebaikan di dalamnya, dia tidak akan goyah.
Adapun sebenarnya bukan hanya Gus Miftah yang pernah berorasi di tempat peribadatan umat Nasrani.
Jika menelisik jejak digital, banyak kiyai yang melakukan hal yang sama, demikian ungkap Gus Miftah.
"Dan yang perlu diingat, kehadiran saya itu bukan dalam rangka peribadatan bukan sembahyangan, tetapi peresmian," pungkas Gus Miftah.
Baca juga: Kata Gus Miftah Mimpi Basah Siang Hari Saat Ramadan Tidak Batalkan Puasa, Itu Anugerah, Tapi . . .
Baca juga: Lancar Ucapkan Ijab Kabul, Atta Halilintar: Latihannya Semalam sama Gus Miftah
Cuplikan Orasi Gus Miftah di GBI Amanat Agung
"Di saat aku mengenggam tasbihku, dan kamu menggenggam salibmu.
Di saat aku beribadah di Istiqlal, namun engkau ke Katerdal.
Di saat bioku tertulis Allah SWT, dan biomu tertulis Yesus Kristus.
Di saat aku mengucap Assalamu'alaikum, dan kamu mengucap Salom.
Di saat aku mengeja Al-Quran, dan kamu mengeja Al-kitabmu.
Kita berbeda saat memanggil nama Tuhan.
Tentang aku yang menengadahkan tangan, dan kau yang melipatkan tangan saat berdoa.
Aku kamu kita. Bukan Istiwlal dan Katerdal yang ditakdirkan berdiri berhadapan.
Dengan perbedaan namun tetap harmonis. Andai saha mereka memiliki nyawa.
Apa tidak mungkin mereka saling mencintai dan menghormati satu dan yang lainnya."
Berita lain terkait Gus Miftah
Berita lain terkait Kabar Artis
(Tribunnews.com/Rica Agustina)