Menurutnya, memerankan tokoh yang jauh dari kehidupan asli sang aktor merupakan keindahan dari seni peran itu sendiri.
"Indahnya seni peran tuh itu. Kita, aktor bisa memerankan karakter atau tokoh yang sangat amat berbeda dari keseharian kita," jelasnya.
Lebih lanjut Fanny juga mengungkapkan pendapatnya jika tak semua tontonan di TV harus bersifat mendidik.
Ada pula tayangan-tayangan yang hanya bersifat sebagai hiburan.
"Tontonan itu nggak selalu harus mendidik, ini opini aku."
"Tontonan bisa jadi hanya menghibur, aku dulu juga nonton kok sinetron Pernikahan Dini, Tersanjung, Tersayang zaman kecil, apa lagi Ikhlas, dan menurutku dampaknya baik-baik aja," ungkap Fanny.
Baca juga: KPI: Indosiar akan Ganti Pemeran Zahra di Sinetron Suara Hati Istri
Baca juga: Kecam Sinetron Suara Hati Istri Zahra, Zaskia Adya Mecca Sentil Orang Tua Lea Ciarachel
Ia lalu membandingan tontonan sinetron dengan tayangan di era digital, contohnya konten YouTube yang penuh drama dan gimmick.
Hingga aksi publik figure yang saling menghujat di media sosial.
"Kalau sinetron nggak mendidik, lantas apa yang mendidik? Apakah saling hujat di TV itu mendidik?"
"Apakah saling hujat di konten YouTube atau Instagram itu mendidik? Enggak kan?" lanjut Fanny.
Sebab, ia percaya bahwa tayangan di televisi telah diawasi dengan baik oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).
Nyatanya hingga kini terbukti tidak ada adegan ciuman bibir atau adegan ranjang yang ditayangkan di TV nasional.
"Toh di TV Indonesia enggak ada tuh adegan ciuman bibir kan enggak ada, pegangan tangan sih iya, satu kasur iya, tapi kan enggak ada adegan ranjang."
"Jadi sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan, menurutku," pungkas Fanny.