News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Gofar Hilman Diduga Lakukan Pelecehan Seksual, Komnas Perempuan Apresiasi Korban Buka Suara

Penulis: Bunga Pradipta Pertiwi
Editor: Daryono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto unggahan Gofar Hilman di akun Instagram-nya, @pergijauh pada 9 Januari 2018.

TRIBUNNEWS.COM - Dugaan pelecehan seksual oleh penyiar radio, Gofar Hilam mendapat tanggapan dari Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan). 

Dalam tanggapannya, Komnas Perempuan mendukung korban yang berani untuk mengungkap pelecehan yang dialami.

Komisioner Komnas Perempuan, Bahrul Fuad menyebut pengungkapan ini bukanlah hal yang mudah.

Dibutuhkan keberanian untuk mengingat kembali pengalaman traumatis yang dialami korban.

Baca juga: POPULER Harga Cincin Lamaran Lesti Kejora | Nikita Mirzani Tak Percaya Gofar Lakukan Pelecehan

Tak hanya itu, korban juga harus bersiap untuk menghadapi serangan balik dari pengungkapannya itu.

"Serangan balik yang paling sering adalah justru menyalahkan korban, penyangkalan bahkan menuntut balik korban," kata Bahrul Fuad melalui keterangan tertulisnya pada Tribunnews, Kamis (10/6/2021).

Dalam kasus pelecehan seksual yang diduga dilakukan oleh Gofar Hilman, yang memprihatinkan adalah sikap sejumlah pihak yang menyetujui dan menyemangati tindakan itu dengan pernyataan-pernyataan yang semakin melecehkan korban.

Fuad menambahkan, kondisi serupa ini sebetulnya kerap ditemukan dalam banyak kasus pelecehan seksual di ruang publik.

Hal ini pula yang menjadi penghambat bagi korban untuk dapat melaporkan kasusnya sedari awal.

Gofar Hilman angkat bicara soal tudingan melakukan pelecehan seksual. (Instagram @pergijauh)

Terlebih posisi perempuan rentan mendapat diskriminasi berbasis gender.

"Pada perempuan, kerentanan pada pelecehan seksual dan untuk disalahkan atas tindak tersebut berakar pada diskriminasi berbasis gender.

"Diskriminasi ini yang menyebabkan perempuan dalam posisi subordinat dan obyek seksual," lanjut Fuad.

Posisi perempuan sebagai simbol moralitas di dalam masyarakat patriarkis juga digunakan untuk melemahkan korban.

"Dengan posisi tersebut, perempuan gampang disalahkan dengan menggunakan latar belakang, gerak gerik, dandanan, cara busana dan lingkungan pergaulannya sebagai alasan pembenar tindak pelecehan seksual," lanjut Fuad.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini