TRIBUNNEWS.COM - Serial Drama Turki berjudul “Kurulus Osman” yang kerap dijuluki penggemarnya sebagai “Game of Thromes” ala Kerajaan Ottoman tayang setiap hari di NET. mulai 19 Juli 2021.
Serial drama Turki tersebut mengusung cerita penuh konflik, intrik, serta balutan romansa perjuangan cinta dengan latar perjuangan sosok Osman yang merupakan figur di balik berdirinya Dinasti Utsmani Turki.
Kurulus Osman” termasuk serial drama yang cukup populer di Albania, Pakistan, Chevnya, Afganistan, Aljasair, Tunisia, Uzbekistan, dan Britania.
“Bukan hanya menghadirkan kisah perjuangan meletakkan fondasi sebuah bangsa saja, cerita Kurulus Osman juga diwarnai kisah romansa drama perjuangan meraih cinta lewat kesabaran dan keikhlasan seorang anak muda yang tidak mungkin diraih hanya dengan mengandalkan kekuatan dan keberanian saja,” jelas Direktur Programming NET Yeni Anshar.
Baca juga: Serial Drama Turki Populer Kurulus Osman, Game of Thrones ala Kerajaan Ottoman Tayang di Indonesia
Serial drama “Korulus Osman” merupakan bagian dari sekuel lanjutan kisah Ertugrul yang menceritakan tentang drama di balik terbentuknya Kesultanan Utsmaniyah.
Bila dalam sekuel Ertugrul diceritakan Osman saat masih kecil hingga beranjak remaja, Serial Drama “Korulus Osman” menghadirkan cerita Osman yang bersama Gunduz (kakaknya), harus mendampingi Dundar Bey (adik ayahnya, Ertugrul) yang mendapatkan tanggungjawab sementara terhadap Suku Kayi selama Ertugrul menjalankan sebuah misi di Konya.
Drama “Korulus Osman” juga menghadirkan romantika kisah cinta Osman Bey yang disukai Aygul Hatun yang merupakan putri cantik pamannya Dundar Bey.
Namun ketertarikan Osman justru muncul terhadap sosok Bala Hatun, putri seorang ahli sufi Syeikh Edebali.
Syeikh Edebali belum menyetujui ketertarikan Osman terhadap putrinya tersebut karena menganggap Osman belum cukup matang.
Sebagai seorang ulama, Syeikh Edebali mengingatkan Osman tentang pentingnya kesabaran sebagai penyeimbang kehidupannya dalam melakukan sebuah perjuangan.
Pesona Bala Hatun dan kearifan Syeikh Edebali membuat Osman terus berusaha belajar untuk menjadi sosok yang lebih seimbang dalam kehidupannya.
Suatu ketika Osman tertidur dengan kitab suci di genggamannya setelah terluka berat akibat sebuah pertempuran.
Saat itu Osman bermimpi bertemu dengan Syeikh Edebali yang sesungguhnya sedang bertafakur.
Dalam mimpinya Syeikh Edebali seperti mengirimkan pertanda dari tubuhnya kepada Osman yang kemudian membuat dada Osman seakan memunculkan sebuah pohon dengan ranting dan daun hijau yang lebat meneduhkan dunia.