Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fauzi Alamsyah
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sudah sepekan pasca dilarikan ke Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RS PON), Cawang, Jakarta Timur. Kini kondisinya dikabarkan terus membaik.
Manajer Tukul Arwana, Rizki Kimon masih terus memberikan kondisi terkini sang pelawak pasca menjalani operasi pendarahan otak.
Baca juga: Vega Darwanti Takut Duren Darinya Jadi Penyebab Tukul Arwana Sakit: Sampai Aku Pastiin ke Manajer
Baca juga: Penjelasan Dokter Tentang Pendarahan Otak Tukul Arwana, Berawal dari Hipertensi yang Tak Terkontrol
Sama seperti sebelumnya, Rizki menyebut kondisinya berangsur membaik dan telah merespon perintah dari dokter yang menangani.
Dilansir Tribunnews.com sebelumnya, Tukul Arwana dibawa ke Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (PON) sejak Rabu (24/9/2021), sore.
Tukul Dijaga Putri Keduanya, Si Bungsu Sedih Pantau Kondisi Sang Ayah Via Video Call
Saat ini pelawak yang kerap tampil dengan rambut cepak itu tengah dijaga oleh sang manajer dan bergatian dengan putri keduanya, Novita Eka Afriana.
Sementara Ega Prayudi anak sulung Tukul tak bisa menunggui sang ayah karena harus kembali bertugas sebagai polisi di Jawa Timur.
Lantas, kemana Wahyu Jovan Utama si bungsu?
Ternyata anak bunngsu Tukul dan Susi ini belum bisa diperbolehkan untuk melihat kondisi sang ayah.
Ia hanya bisa melihat orangtuanya itu melalui video call.
"Ada Mbak Vita menjaga juga di sini. Cuma kalau putranya yg kecil kan masih belum boleh, masih update via video call," tutur Rizki.
Rizki Kimon juga menyampaikan jika bocah yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP) ini masih diselimuti kesedihan melihat kondisi sang ayah.
"Semua putra putrinya ya pasti sedih. Apalagi memang yang paling kecil sedih lihat kondisi ayahnya yang sakit, pasti sedih," kata Rizki Kimon.
Baca juga: Kian Membaik, Begini Kondisi Tukul Arwana saat Pertama Kali Masuk IGD
Baca juga: Maria Vania Syok Tahu Tukul Arwana Dilarikan ke RS, Sebut Sempat Kerja Bareng Sehari Sebelumnya
Tukul Sudah Bisa Merespon Perintah, Gerakkan Tangan dan Kaki
Pelawak Tukul Arwana kembali menunjukan kondisi yang berangsur membaik dari hari ke hari.
Kekinian, sang manajer, Rizki Kimon mengabarkan kondisi pelawak berusia 57 tahun itu yang masih nerafa dalam ruang ICU di Rumah Sakit Pusat Otak (RS PON), Cawang, Jakarta Timur.
"Beliau masih istirahat secara intens jadi masih dalam pengawasan dokter di ruang ICU," kata Rizki Kimon, manager Tukul saat ditemui awak media, Selasa (28/9/2021).
Walaupun telah berangsur membaik, namun pria berambut cepak itu masih belum daoat berkomunikasi.
Tukul merespons dengan menggerakkan anggota tubuh jika mendengar perintah.
"Kondisi terupdatenya beliau berangsur membaik. Sekarang kalau diperintah udah respons. Misalkan angkat tangan atau gerakin kaki," terangnya.
Baca juga: Berawal dari Pusing, Ini 5 Tanda Sakit Kepala Berbahaya seperti yang Dialami Tukul Arwana
Kondisi Saat Masuk Rumah Sakit, Hipertensi Tak Terkontrol
Tukul Arwana dibawa ke rumah sakit lantaran kondisinya melemah.
Menyadari hal tersebut, pihak keluarga dan manajemen akhirnya bergegas membawa Tukul Arwana ke rumah sakit.
Saat itu, kondisi komedian tersebut nampaknya dalam keadaan tak 100 persen sadarkan diri.
Bagaimana kondisi Tukul saat masuk Rumah Sakit? Ini penjelasan dokter.
Menurut dokter Arief Rahman Kemal keadaan Tukul Arwana kian stabil usai menjalani operasi setelah tiba di RSPON.
"Kondisi pasien saat ini sadar mulai kontak responsif, kondisi beliau umumnya stabil dengan tekanan darah mulai terkontrol," kata dokter Arief Rahman Kemal, dikutip dari kanal YouTube Star Story, Selasa (28/9/2021).
Dokter Arief menjelaskan, jika tindakan operasi langsung dilakukan beberpa jam setelah Tukul Arwana tiba di IGD.
Dokter lain yang juga merawat Tukul Arwana, Sardiana Salam mengatakan bahwa pihaknya menerima Tukul Arwana pertama kali dalam kondisi hipertensi.
Dari tekanan darah tinggi ini, Tukul Arwana mengalami pendarahan luas di bagian otak.
"Saat kami terima pasien dalam kondisi hipertensi. Terdeteksi di IGD sekitar 200-an tensinya," ujar dokter Sardiana Salam.
"Pada saat kita lakukan pemeriksaan secara lengkap, terjadi pendarahan luas. Kemungkinan besar itu adalah suatu respons pendarahan yang spontan karena hipertensi," tambahnya.
Tim dokter pun menyimpulkan bahwa pemilik nama lahir Tukul Riyanto ini mengalami pendarahan otak akibat hipertensi tinggi.
"Kemungkinan faktor risiko itulah yang menyebabkan terjadinya stroke. Pendarahan ini adalah hipertensi," kata dokter Sardiana.
Terlebih menurut sang manajer, Rizki Kimon, Tukul Arwana memang jarang sekali melakukan pengecekan rutin soal kesehatannya, sehingga hipertensi tersebut tidak terdeteksi hingga akhirnya kondisinya seperti saat ini.
"Kemungkinan hipertensinya ya memang tidak diketahui dan ini enggak kekontrol," tutur dokter Sardiana.
"Riwayat tidak terderteksi inilah yang ternyata hipertensi akhirnya menyebabkan pecah pembuluh darah kemudian pendarahan," imbuhnya.
Terkait hal itu kini Tukul Arwana masih dalam fase pemulihan, dokter pun telah memberikan obat anti hipertensi untuk mengurangi tekanan darahnya yang terlalu tinggi.
Penjelasan Dokter Soal Darah Tinggi dan Risiko Stroke Seperti Tukul
Direktur RS Pusat Otak Nasional, Mursyid Bustamie memaparkan, sekitar 20% stroke pendarahan disebabkan karena adanya penyumbatan pada pembuluh darah dengan penyebab utamanya karena tingginya faktor risiko tertentu.
Adapun faktor risiko dari stroke dan menjadi common respector diantaranya diabetes, hipertensi, pola makan yang buruk, merokok, obesitas, kurang aktivitas fisik, alkohol, dan narkotika.
''Kalau stroke pendarahan biasanya adalah penderita hipertensi. Yang terjadi adalah tidak kuatnya pembuluh darah menahan tekanan darah yang tinggi, sehingga terjadilah kebocoran,'' ujarnya beberapa waktu lalu.
Mursyid membeberkan, faktor risiko stroke pendarahan ada 2 yakni yang bisa dikendalikan dan tidak bisa dikendalikan.
Faktor risiko yang bisa dikendalikan sebaiknya dicegah sedini mungkin dengan mulai menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
Tidak melakukan aktivitas yang dapat menimbulkan masalah kesehatan di masa depan seperti merokok, konsumsi minuman beralkohol, batasi konsumsi gula, garam dan lemak.
Sementara untuk faktor risiko yang tidak bisa dikendalikan yakni umur, genetik jenis kelamin. Untuk mengetahuinya sebaiknya melakukan cek kesehatan secara berkala untuk mengetahui riwayat kesehatan sehingga apabila ada kelainan dalam tubuh bisa diketahui dan diantisipasi sedini mungkin.
''Untuk mengetahui itu, maka dilakukan pemeriksaan menyeluruh untuk mencari faktor risiko sehingga bisa kita kendalikan secepatnya,'' terangnya.
Ia pun memberikan penjelasan terkait disinformasi yang beredar bahwa vaksinasi Covid-19 menyebabkan efek samping serius yakni terjadinya pendarahan dalam tubuh.
Pihaknya menegaskan bahwa informasi tersebut tidaklah benar. Hingga kini, belum ada bukti ilmiah yang kuat dan valid yang menunjukkan bahwa ada kaitan antara pemberian vaksin Covid-19 dengan pecahnya pembuluh darah.
Jika ada efek samping dari pemberian vaksinasi Covid-19, sifatnya ringan dan mudah diatasi seperti demam, nyeri, mengantuk, lapar dan lain-lain.
Efek ini biasanya tidak berlangsung lama, maksimal 2 hari pasca penyuntikan vaksin.
"Terkait adanya info bahwa vaksin berisiko menyebabkan stroke pendarahan otak, kami klarifikasi bahwa secara ilmiah pun tidak ada hubungan antara stroke pendarahan dengan vaksin Covid-19," imbuhnya.
(Tribunnews.com/Fauzi Alamsyah/Rina Ayu/Anita k wardhani)