Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- WHO menyebut, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di dunia.
Tiga juta kematian dunia pada tahun 2019 disebabkan oleh merokok.
Spesialis Kardiovaskular Dr. Arto Yuwono Soeroto mengatakan, PPOK memiliki gejala keluhan saluran pernapasan yang menetap seperti batuk berdahak, sesak nafas.
Baca juga: 10 Tips Berhenti Merokok: Ganti Kebiasaan Minuman hingga Buat Tangan dan Mulut Sibuk
Baca juga: Tanpa Masker, Biden Batuk Ditutup Telapak Tangannya Lalu Berjabat Tangan
Gejala pernapasan tersebut bersifat menetap dan progresif yang disebabkan karena adanya kerusakan saluran napas pada gelembung alveolus atau kantung udara kecil di dalam paru-paru yang menjadi tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida.
''Kerusakan tersebut disebabkan oleh pajanan dengan gas atau partikel berbahaya seperti merokok dan polusi,'' katanya pada konferensi pers secara virtual, Selasa (23/11/2021).
Tahun 2020, Global initiative for Chronic Obstructive Lung Disease memperkirakan secara epidemiologi di tahun 2060 angka prevalensi PPOK akan terus meningkat karena meningkatnya jumlah angka orang yang merokok.
Di Indonesia berdasarkan data riset kesehatan dasar 2013 prevalensi PPOK mencapai 3,7 persen atau sekitar 9,2 juta jiwa yang mengalami PPOK.
PPOK bukan termasuk penyakit menular, PPOK adalah penyakit paru obstruktif yang dapat diobati, sehingga tatalaksananya lebih diupayakan pada pencegahan perburukan gejala maupun fungsi paru.
PPOK disebabkan karena adanya korelasi erat antara paparan partikel atau gas berbahaya yang signifikan dan meningkatnya respons utama pada saluran napas dan jaringan paru.
Partikel gas berbahaya utama adalah asap rokok, kemudian polusi bahan kimia di tempat kerja dan asap dapur.
Riset Kesehatan Kementerian Kesehatan memperlihatkan jumlah perokok di Indonesia masih sangat tinggi, kira-kira 33,8 persen atau 1 dari 3 orang di Indonesia merokok. Hal ini memberikan kontribusi pada kejadian PPOK yang besar.
Angka merokok dengan perokok pria mempunyai proporsi yang besar sekitar 63 persen atau 2 dari 3 pria di Indonesia saat ini merokok.
Selain itu peningkatan prevalensi merokok cenderung lebih tinggi pada kelompok remaja usia 10 sampai 18 tahun, yakni sekitar 7,2 persen naik menjadi 9,1 persen di tahun 2018 atau hampir 1 dari 10 anak di Indonesia merokok.
Wakil Menteri Kesehatan RI dr. Dante Saksono Harbuwono mengatakan, penyebab utama Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) adalah merokok sangat penting disosialisasikan ke masyarakat.
''Implikasi kesehatan, implikasi investasi manusia itu jadi terhambat dengan adanya paparan rokok pada anak-anak yang berusia 10 sampai 18 tahun yang menjadi 'PR' kita semua bersama,'' ucap dr. Dante.
Hari PPOK diselenggarakan setiap tahunnya tanggal 17 November dengan tujuan meningkatkan kewaspadaan masyarakat awam terhadap PPOK. Hari PPOK Tahun 2021 mangangkat tema 'Health Lungs: Ever More Important'. Subtema untuk Indonesia yaitu 'Tiada Yang Lebih Penting Daripada Sehat Untuk Indonesia Hebat'.