Dalam media sosial twitter milikinya @mbahndi, psikiater ini mengungkapkan, populernya boneka arwah dilandasi oleh peran publik figur yang memaperkannya di media sosial.
"Ya karena yang memilikinya dan memamerkannya itu figur publik yang punya akses ke media sosial, jadi makin banyak yang lihat," kata dokter Andri.
Menurutnya, fenomena boneka arwah sudah sejak lama ada, di mana boneka menjadi media bagi arwah.
Fenomena ini bahkan sempat diangkat ke layar lebar, CHUKY hingga Annabelle.
Sementara, di Indonesia siapa yang tak mengenal Jelangkung.
"Saya ingat cerita nenek saya dulu di kelenteng Boen Tek Bio, Tangerang, ada Patung TuaPekong Sumpah. Buat yang ada perselisihan maka bisa sumpah di depan patung itu, jika ada yang berbohong, tidak lama setelah keluar dari kelenteng bisa mati muntah darah, serem kan #spiritDoll," kata dia.
Lebih jauh ia mengatakan, seseorang yang memiliki boneka arwah belum tentu mengalami gangguan jiwa.
Pasalnya, boneka kerap dimainkan anak perempuan dalam keseharian mereka.
Andri menegaskan, selama orang tersebut waras dan sadar, dapat membedakan nyata dan tidak, maka orang tersebut tidak mengalami gangguan jiwa.
"Jadi "Apakah orang yg percaya #spiritDoll itu alami gangguan jiwa, silahkan kembali ke definisi aja. Gangguan Jiwa : Gangguan pada perilaku, perasaan, perilaku yg menimbulkan penderitaan dan ketidakmampuan pada orang itu sehingga mengganggu kehidupan sehari-harinya. So..??," tulis dia.
Ia pun beranggapaan, fenomena boneka arwah ini merupakan fenomena sesaat yang sangat mungkin didasari pemikiran dan kebudayaan yang dipercaya pemiliknya.
Untuk itu, masyarakat diharapkan tak perlu memberikan perhatian maupun reaksi berlebihan atas fenomena ini.
"Kalau ternyata "merawat" #spiritDoll hanyalah bagian dari fenomena sesaat atau juga lebih karena ada pemikiran khusus sesuai kebudayaan yang dia percaya ya biarkanlah, asalkan tidak mengganggu dan menurunkan kualitas hidupnya. Tidak usah diberi perhatian berlebihan juga," pesan dokter Andri.