News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Film Bioskop

Cerita Lengkap KKN di Desa Penari Versi Thread Twitter, Penonton Filmnya Kini Tembus Hingga 2 Juta

Penulis: Daryono
Editor: bunga pradipta p
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Cerita lengkap KKN di Desa Penari versi asli atau thread

Widya enggan melakukannya, maka, meski berat, kedua orang tuanya pun terpaksa menyetujuinya.

Hari pembekalan sebelum keberangkatan. Widya, Ayu, Bima dan Nur, matanya melihat ke sekeliling, khawatir, 2 orang yang seharusnya ikut pembekalan belum juga terlihat batang hidungnya, sampai, menjelang siang, 2 orang muncul, menyapa dan memperkenalkan dirinya di depan mereka.

Wahyu dan Anton. Setelah basa-basi, bertanya seputar rencana KKN dari A sampai Z selesai, mereka akhirnya berangkat.

"Numpak opo dik kene (naik apa kita nanti)?" tanya Wahyu.

"Elf mas," jawab Nur.

"Sampe deso'ne numpak Elf dik (sampai desanya naik mobil Elf dik)?" 

"Mboten mas. Berhenti di jalur Alas D engken enten sing jemput (tidak mas, nanti berhenti di jalur hutan D, nanti ada yang jemput)," sahut Nur.

Mendengar itu, Widya bertanya ke Ayu. "Yu, deso'ne ra isok diliwati mobil ta (Yu, apa desanya gak bisa dimasuki mobil)?"

Ayu hanya menggelengkan kepala. "Ra isok, tapi cedek kok tekan dalan gede, 45 menit palingan (gak bisa, tapi dekat kok dari jalan besar, 45 menit kemungkinan)."

Di sinilah, cerita ini dimulai. Sesuai apa yang Nur katakan, mobil berhenti di jalur masuk hutan D, menempuh perjalanan 4 sampai 5 jam dari kota S. Tanpa terasa hari sudah mulai petang, ditambah area dekat dengan hutan, membuat pandangan mata terbatas, belum sampai di sana, gerimis mulai turun, lengkap sudah.

Setelah menunggu hampir setengah jam, terlihat dari jauh, cahaya mendekat, Nur dan Ayu langsung mengatakan bahwa mereka yang akan mengantar.

Rupanya, yang mengantar adalah 6 lelaki paruh baya, dengan motor butut.

"Cuk, sepedaan tah," kata Wahyu, spontan. Saat itu ada yang aneh entah disengaja atau tidak, ucapan yang dianggap biasa di kota S, ditanggapi lain oleh lelaki itu, wajahnya tampak tidak suka, dan sinis tajam melihat Wahyu.

Hanya saja, yang memperhatikan semua sedetail itu, hanya Widya seorang. Apapun itu, semoga bukan hal yang buruk. Di tengah gerimis, jalanan berlumpur, pohon di samping kanan kiri, mereka tempuh dengan suara motor yang seperti sudah mau ngadat saja, ditambah medan tanah naik turun, membuat Widya berpikir kembali.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini