TRIBUNNEWS.COM - Dokter Reisa Broto Asmoro kini dikenal sebagai jubir pemerintah dalam penanganan Covid-19.
Tentu, berbagai tahap telah dilalui oleh dokter Reisa hingga mengemban tanggung jawab besar tersebut.
Dikutip dari YouTube Venna Melinda Channel, Senin (13/6/2022), dokter Reisa mengaku posisi tersebut merupakan suatu kehormatan.
"Tahun 2020, begitu gugus tugas, satgas, terus kemudian KPCPEN."
"Sekarang juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19."
"Awalnya tuh ngerasa suatu kehormatan banget sih karena waktu itu kita dalam situasi di Indonesia yang panik," terang dokter Reisa.
Baca juga: Dokter Reisa Sebut Imunisasi Dasar untuk Anak Belum Cukup
Lebih lanjut, dokter berusia 36 tahun tersebut mengatakan bahwa saat itu dirinya juga tengah menjadi edukator dan kerap berbagi ilmu mengenai Covid.
Akhirnya, dokter Reisa pun dipercaya untuk membantu pemerintah.
"Ada penyakit baru, situasi baru yang kita nggak tau harus bagaimana menghadapinya."
"Banyak banget berita yang simpang siur di sekitar masarakat."
"Waktu itu awal-awal sebagai edukator kan aku memang sering sharing tentang pengetahuan Covid karena memang akhirnya dipercaya untuk membantu pemerintah," tambahnya.
Tak hanya itu, dokter Reisa juga berperan menjadi penghubung informasi kepada masyarakat.
"Menyambungkan informasi ke masyarakat, jadi seneng banget, sesuai dengan misi aku selama ini."
"Aku suka ngasih edukasi, bermanfaat lah buat masyarakat banyak."
"Apapun yang aku lakukan selama ini kan aku berusaha untuk menjadi seperti itu," imbuhnya.
Bahkan, menjadi seorang jubir membuat dokter Reisa dapat menyebarkan informasi ke seluruh daerah Indonesia.
"Ketika jadi jubir, bisa lebih luas karena bisa bener-bener menjangkau ke seluruh daerah di Indonesia."
"Waktu itu bener-bener lagi dibutuhkan kan informasinya," ucapnya.
Dalam kesempatan tersebut, dokter Reisa mengaku tak tahu awal mula dirinya bisa terpilih menjadi jubir pemerintah.
Saat itu, ia tiba-tiba ditunjuk dengan jobdesk yang telah disediakan.
"Saya nggak tau sih sejujurnya, waktu bulan Juni itu pokoknya udah ditelepon."
"Ditanyakan mau bergabung atau enggak karena ada penunjukan dari presiden."
"Waktu itu begitu meeting besar, sudah ada jobdesknya," ungkapnya.
Finalis Puteri Indonesia 2011 tersebut merasa sangat khawatir saat awal menjadi jubir.
Ia harus beradaptasi pada situasi yang sangat berbeda.
"Awalnya tuh worry banget karena ini situasi yang serius, sedangkan selama ini kan aku program host kesehatannya dibuat santai, sibuat bercanda-bercanda."
"Jadi ketika pertama kali keluar, nggak sedikit orang yang komen 'Kok jadi beda sih?', 'Kok kayak kaku gini sih?'"
"Memang pendekatannya beda, ini kan informasi terkait pandemi, penyakit yang serius, jadi memang pendekatannya harus seperti itu," tuturnya.
Dokter Reisa merasa sangat khawatir juga saat tengah konferensi pers dengan menyesuaikan nada bicara yang tepat.
"Jadi waktu itu worry-nya lah adalah pokoknya setiap bikin script itu mau presscon dipikirin banget nada bicaranya, intonasinya."
"Jangan sampai salah, kalau kita terlalu bersemangat, 'Ini kenapa kok bersemangat banget?'"
"Kalau misalnya terlalu pelan, 'Ada apa nih? Jangan-jangan ada yang disembunyiin', ada aja pikiran-pikiran gitu," ujarnya.
Hal tersebut membuatnya menjadi benar-benar melakukan persiapan dengan matang.
"Jadi bener-bener harus prepare, kalau bisa sih ketika kita bikin statement, nggak ada pertanyaan-pertanyaan miring lah dari orang, semua sudah terjawab," imbuhnya.
Lebih lanjut, dokter Reisa mengaku bahwa dirinya tak hanya mengabarkan berita seputar Covid, melainkan juga memberikan solusi.
"Menurut aku, kalau kita mau menyampaikan sesuatu, daripada nyampaikan cuma berita, lebih baik kita nyampaikan berita dan solusi."
"Jadi makanya agak berbeda nih dari juru bicara yang lain misalnya."
"Karena setiap kali ada kendala apapun, kita pengennya orang begitu nonton tau kalau ada begini, saya harus begini," tutup dokter Reisa.
(Tribunnews.com/Katarina Retri)
Berita lainnya terkait dokter Reisa