Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Dokter spesialis anak dari Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta Ardi Santoso mengatakan, anak sejak kecil sudah boleh dikenalkan dengan cita rasa makanan yang lezat.
Lalu, amankah menambahkan Monosodium Glutamat (MSG) pada makanan yang dikonsumsi anak-anak?
Ia mengatakan, hal itu bukanlah suatu masalah, asal tidak berlebihan.
Bahkan, bayi sekalipun bisa mengkonsumsinya karena memiliki kemampuan metabolik yang sama dengan orang dewasa.
Diketahui, kadar keamanan MSG telah diatur di Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 33 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan, dimana MSG aman dikonsumsi sebagai bahan penguat rasa atau umami.
“MSG itu bukan zat asing untuk tubuh. Kadar keamanan MSG dijelaskan dalam Permenkes dan Peraturan BPOM dengan batasan secukupnya,” kata Ardi saat menjadi pembicara dalam webinar Amankah MSG untuk Anak dan Solusi Tumbuh Kembang Anak yang Optimal?, pada Selasa (2/8/2022).
Baca juga: Banyak Konsumsi Micin, Apa Dampaknya Bagi Kesehatan? Ini Penjelasan Dokter
Ardi menambahkan, air susu ibu juga mengandung glutamat yaitu 44,17 persen dari total protein yang dikandungnya. Ini yang membuat bayi ketagihan ASI karena rasanya yang gurih.
Sejauh ini menurut Ardi, belum ada penelitian yang membuktikan seputar mitos MSG yang berdampak serius bagi kesehatan manusia.
“MSG boleh, enggak berbahaya. Anak butuh makanan lezat, cita rasa yang enak gak mungkin hambar tapi ada takarannya, gula, garam, lemak. MSG tidak berbahaya asal dikonsumsi secukupnya,” jelas Ardi.
Selain dianggap menjadi pemicu kebodohan pada anak, mitos lainnya yang berkembang yakni MSG dapat mengganggu fungsi kerja otak, generasi micin, meningkatkan risiko asma, meningkatkan kanker, dan memicu kelebihan berat badan.
"Itu semua hanya mitos. Karena faktanya, tidak ada kaitan antara pemberian MSG dengan gangguan fungsi otak, risiko asma, risiko kanker, ataupun memicu kelebihan berat badan," ungkap dia.
Ia menerangkan, kadar natrium (Na) pada MSG lebih sedikit ketimbang garam dapur. MSG mengandung 12 persen Na, sedangkan garam dapur 39 persen.
Artinya, kandungan Na di MSG lebih sedikit dibandingkan garam dapur sehingga risiko hipertensi akibat konsumsi Natrium berlebih lebih tinggi pada garam dapur.
"Peran MSG pada kesehatan tubuh manusia sangat banyak, mulai dari membantu pencernaan usus hingga dapat mengontrol nafsu makan," kata dia.
Ditambahkan Psikolog Irma Gustiana Andriani, orangtua perlu belajar dalam kegiatan makan pada anak. Ayah dan bunda, harus bisa memastikan anak dapat asupan makanan yang bergizi.
"Pada intinya adalah, kita semua perlu belajar menyikapi kegiatan makan anak dan jangan lupa, cita rasa sangat penting menggugah selera anak dalam aktivitas makan," kata Irma.
Public Relations Department Head PT Ajinomoto Indonesia Grant Senjaya mengatakan, pihaknya turut mengampanyekan bijak penggunaan garam yang selaras dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Melalui kampanye tersebut, masyarakat perlu mengetahui pentingnya diet rendah garam serta mengajak keluarga Indonesia untuk hidup lebih sehat dengan mengurangi penggunaan garam di dalam masakan.
"Bagi Ajinomoto, gizi yang baik adalah hal besar yang kami soroti dan merupakan modal penting bagi Pertumbuhan generasi masa depan," kata Grant.