Namun demikian, ia tetap bersyukur memiliki kenangan indah bersama suami dan anak-anaknya.
Selama 30 tahun membina rumah tangga, Sofiatun harus ikhlas melepas kepergian sang suami pada 28 Juli 2016, lalu.
Kematian Mohammad Gudono juga bertepatan dengan ulang tahun pernikahannya kala itu.
"Alhamdulillah... kami syukuri hidup berdampingan bersama beliau alm. suami dg kenangan2 manis n indah n pahit kami lalui bersama selama 30 tahun.
Yang akhirnya beliau pada hari tgl yg sama 28 juli 2016 menghadap sang Khalik yg mestinya saat itu merayakan anniversary pernikahan kami berubah kesedihan krn berpisah selamanya.
Smg kami bisa ktm di surga..
Takdir kami hadapi walaupun pahit berpisah dg seseorang yg sy cintai. Saya harus ikhlas dan tegar menghadapinya..," tulisnya lagi.
Baca juga: Air Siraman Erina Gudono Diambil dari 7 Tempat Bersejarah, Ada Masjid Raya Solo hingga Zamzam Mekkah
Dalam tulisan yang sama, Sofiatun turut membagikan cerita haru saat terakhir kali memeluk sang suami.
“Pelukan terakhir sebagai kenangan hangat masih saya rasakan.
Waktu itu malam Jumat Juli 2016 menjelang kepergian beliau ke Jakarta untuk menjalankan tugas mengajar n pendadaran mahasiswa UGM di Jakarta bersama Guru Besar Guru Besar UGM yang berangkat bersama-sama di satu pesawat Garuda,”
“Kabar sedih mengejutkan saya. Suami sakit terkena serangan jantung di RS Cipto Mangunkusumo, sampai saya beli tiket untuk menyusulnya ke Jakarta,” ungkap ibunda Erina Gudono.
“Namun selang 2 jam kemudian, berita duka mengabarkan, suami (saya) meninggal karena serangan jantung,” paparnya.
Di akhir, ia turut berdoa supaya mendiang suaminya diampuni segala dosa dan diterima amal ibadahnya semasa hidup.
“Semoga Bapak Prof. H. Mohammad Gudono, PhD diampuni dosa-dosanya, dan diterima amal-amalnya, dan diberikan surga di sisi Allah SWT. Aamiin ya Robb,” imbuhnya.