News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Nano Riantiarno Meninggal Dunia

Nano Riantiarno Sempat Berjuang Lawan Kanker Paru, Keluarga Ungkap Kondisinya Sebelum Berpulang

Editor: Willem Jonata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pendiri Teater Koma Nano Riantiarno.

TRIBUNNEWS.COM - Pendiri Teater Koma Nano Riantiarno memiliki riwayat penyakit kanker paru. Ia sempat menjalani perawatan di rumah sakit karena penyakit tersebut.

Namun, sepekan terakhir Nano dirawat di rumah hingga akhirnya menghembuskan napas terakhir, Jumat (20/1/2023) pukul 06.38 WIB.

"Memang, sejak dirawat di rumah kondisinya secara perlahan menurun. Kalau dibilang sakit ada karena terlalu lama berbaring. Bagian bokongnya agak sakit, lecet," kata Rangga Bhuana, putra sulung almarhum, saat dijumpai di rumah duka.

Selain itu, kanker paru-paru membuat Nano kesulitan bernapas dan merasa sesak.

Rangga menjelaskan ayahnya diizinkan dirawat di rumah kala itu dengan catatan membawa selang untuk mengeluarkan cairan dalam paru-paru.

Baca juga: Nano Riantiarno Meninggal, Mathias Muchus Syok, Langsung Tancap Gas Naik Motor ke Rumah Duka 

"Itu sedikit membantu. Ya, pada akhirnya napasnya deg-degan sampai ke paru-paru masih jelek," ujar Rangga.

Selain sesak napas, Nano juga kerap merasakan gejala batuk tidak berdahak selama dirawat di rumah.

"Pada saat sesak napas, banyak batuk, bukan ada lendir atau ada apa di tenggorokan. Kami sempat bawa ke ICU Fatmawati. Pada 27 Desember, pindah ke ICU Dharmais. Dari 27 Desember kami gantian berjaga sampai akhirnya pulang Senin kemarin," tutur Rangga.

Sejauh pantauan Kompas.com, puluhan pelayat terlihat hadir ke rumah duka tempat Nano disemayamkan untuk memberikan doa terbaik. 

Baca juga: Perjalanan Karier Nano Riantiarno, Wartawan dan Pendiri Teater Koma yang Meninggal Dunia

Kini, jenazah Nano disemayamkan di rumah duka di kawasan Bintaro, Jakarta Selatan.

Berdasarkan informasi keluarga, jenazah Nano dimakamkan pada Sabtu (21/1/2023).

Profil Nano Riantiarno

Norbertus Riantiarno atau lebih dikenal dengan nama Nano Riantiarno merupakan aktor, penulis, sutradara, wartawan, dan tokoh teater Indonesia.

Nano terlahir di Cirebon pada 6 Juni 1949. Nano Riantiarno meninggal dunia pada 20 Januari 2023.

Perjalanan karier Nano Riantiarno telah aktif di dunia teater sejak tahun 1965.

Suasana rumah duka aktor sekaligus Pendiri Teater Koma, Nano Riantiarno di kawasan Bintaro, Jakarta Selatan, Jumat (20/1/2023). (TRIBUNNEWS.COM/Fauzi Nur Alamsyah)

Setelah lulus dari SMA, Nano melanjutkan kuliah di Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI).

Nano kemudian bergabung dengan Teguh Karya, salah seorang tokoh teater dan perfilman Indonesia yang mendirikan Teater Populer.

Pada Maret 1977, Nano Riantiarno akhirnya mendirikan Teater Koma.

Selain berkarya di dunia teater, Nano juga pernah menggarap film layar lebar. CEMENG 2005 (The Last Primadona) merupakan debut film panjang Nano Riantiarno.

Nano pernah meraih Piala Citra dari skenario film yang ditulisnya, Jakarta Jakarta, pada 1978.

Berikut karya-karya teater yang pernah ditulis oleh Nano Riantiarno.

-Rumah Kertas
-J.J Atawa Jian Juhro
-Maaf. Maaf. Maaf''
-Kontes 1980
-Trilogi Opera Kecoa (Bom Waktu, Opera Kecoa, dan Opera Julini)
-Konglomerat Burisrawa
-Pialang Segitiga Emas
-Suksesi
-Opera Primadona
-Sampek Engtay
-Banci Gugat
-Opera Ular Putih
-RSJ atau Rumah Sakit Jiwa
-Cinta Yang Serakah
-Semar Gugat
-Opera Sembelit
-Presiden Burung-Burung
-Republik Bagong
-Tanda Cinta

Selain drama-drama di atas, Teater Koma di bawah pimpinan Nano juga pernah mementaskan karya-karya penulis duna, antara lain:

-Woyzeck karya Georg Buchner
-The Threepenny Opera karya Bertolt Brecht
-The Good Person of Shechzwan karya Bertolt Brecht
-The Comedy of Errors karya William Shakespeare
-Romeo Juliet karya William Shakespeare
-Women in Parliament karya Aristophanes
-Animal Farm karya George Orwell
-The Crucible karya Arthur Miller
-Orang Kaya Baru dan Tartuffe atau Republik Togog karya Moliere
-The Marriage of Figaro karya Beaumarchaise

Nano Riantiarno banyak menulis karya skenario film dan televisi.

Selain itu, Nano juga pernah menulis novel Cermin Merah, Cermin Bening, dan Cermin Cinta yang diterbitkan oleh Grasindo.

Tak hanya itu, Nano juga melahirkan karya berjudul Ranjang Bayi dan 18 fiksi cerita pendek yang diterbitkan oleh Kompas.

Pada 1979, Nano ikut mendirikan majalah Zaman dan bertindak sebagai redaktur.

Pada 1986, Nano ikut pula mendirikan majalah Matra dan bekerja sebagai pemimpin redaksi.

Berikut ini karya-karya tulis Nano Riantiarno:

-Trilogi Opera Kecoa: Bom Waktu, Opera Julini, (drama) - Maha Tari, Yogyakarta
-Percintaan Senjat, novel. - Majalah Kartini
-Cermin Merah, novel - Grasindo (2004)
-Opera Primadona, drama - Pustaka Kartini
-Semar Gugat, drama - Pustaka Bentang
-Cinta Yang Serakah, drama - Pustaka Bentang
-Opera Ikan Asin, drama - Pustaka Jaya
-Teguh Karya dan Teater Populer - Sinar Harapan
-Menyentuh Teater: Tanya Jawab Seputar Teater Kita, panduan teater bagi para pekerja seni -pertunjukan - Sampurna (2003)
-Konglomerat Burisrawa, drama - Teater Koma
-Sampek Engtay, drama - Pustaka Jaya
-Suksesi, drama - Teater Koma
-Republik Bagong, drama - Galang Press
-Time Bomb and Cockroach Opera, drama, diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris - Lontar
-Opera Sembelit, drama - Balai Pustaka
-Cermin Bening, novel – Grasindo (2005)
-Maaf. Maaf. Maaf. Politik Cinta Dasamuka, drama - Gramedia (2005)
-Fiksi di Ranjang Bayi, kumpulan cerpen dan novelet - Kompas (2005)
-Primadona, roman - Gramedia (2005)
-Cermin Cinta, novel - Grasindo (2006)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini