Setelah kemerdekaan Indonesia di proklamasikan, dan ancaman Agresi ke dua dari tentara sekutu muncul, Hamka memutuskan untuk berkeliling di seluruh pelosok Medan untuk mengabarkan mengenai pentingnya persatuan antara masyarakat (tokoh Agama) dan pihak militer Indonesia, agar tidak diadu domba.
Tetapi tenyata hal tersebut malah membuat Hamka terkena tembak.
Namun untung saja, Buya Hamka berhasil selamat dan akibat jasanya tersebut.
Selanjutnya ia memilih untuk pindah ke Jakarta dan mendirikan Al-Azhar.
Tetapi lagi-lagi ia difitnah terlibat dalam usaha pemberontakan pada Soekarno.
Buya Hamka akhirnya ditangkap dan disiksa untuk menandatangani surat pengakuan.
Ia bertahan dan mendapatkan hikmahnya membuat kitab yang paling berpengaruh dalam pendidikan islam, tafsir Al Azhar.
Baca juga: Laudya Cynthia Bella Umumkan Jadwal Tayang Film Buya Hamka di Bioskop Dimajukan
Sejak kecil Buya Hamka sudah menunjukkan minat yang besar terhadap tradisi dan sastra, hingga mengabaikan pendidikannya di pesantren.
Inilah yang kemudian membuat Hamka kecil seringkali berbentur dengan Ayahnya, Haji Rasul.
Pertikaian dengan ayahnya semakin meruncing ketika ibunya memilih untuk bercerai dengan Ayahnya.
Dia memutuskan untuk pergi belajar ke Mekkah dan naik haji dengan usahanya sendiri.
Di sana, Hamka belajar berorganisasi, menemukan sistem manasik haji (atas restu Raja Arab), dan mendapatkan misi terbesar dalam hidupnya, membangun islam di Indonesia.
Tetapi hal itu tidak mudah dilakukan, karena ayahnya tidak begitu saja mengakui kemampuan Hamka.
Ditengah keresahannya, Hamka bertemu dengan Siti Raham, seorang perempuan luar biasa yang menjadi sumber inspirasi romans terbesar dalam hidupnya.