Laporan Wartawan Tribunnews.com, Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Film Kutukan Peti Mati adaptasi novel berjudul Sarcophagus Onrust atau Kutukan Peti Mati, karya Astryd D’ Savitri terbitan Balai Pustaka, tayang di bioskop Indonesia pada 20 Juli 2023.
Film bergenre misteri dan horor itu mengangkat hantu cantik jelita, Maria Van De Velde, yang dilatari peristiwa zaman VOC.
“Jadi, film Kutukan Peti Mati ini berasal dari kisah misteri yang ada di Pulau Onsrust serta cerita sejarah sejak kedatangan VOC di negeri ini," kata Achmad Fachrodji, Eksekutif Produser film tersebut.
Semua yang terjadi di Pulau Onrust, lanjut Achmad, dikisahkan dalam novel Sarchopagus Onrust ini, termasuk misteri peti mati yang ada di sana.
"Oleh karenanya, judul filmnya Kutukan Peti Mati,” sambungnya.
Baca juga: Raline Shah Bertemu Michelle Yeoh di Cannes Film Festival, Mereka Bahas Pernikahan
Film Kutukan Peti Mati diawali ketika Bramanto Putra, mahasiswa arkeolog menemukan buku catatan kuno di Pulau Onrust yang telah tersimpan 300 tahun.
Ia meminta tolong Susan Sriwati teman yang ditaksirnya untuk meriset buku tersebut.
Namun berakibat fatal setelah Susan tak sengaja membaca mantra di buku tersebut.
Arwah penasaran Maria van de Velde, Jan Koenraad (kekasih Maria), dan Hasan budak pengukir batu kuburan merasuki Susan.
Bram meminta tolong pamannya Profesor Daniel untuk menyelidiki kasus Susan.
Rupanya ada sosok lain yaitu iblis Dokter Machinebouw, dokter wabah penguasa kegelapan Pulau Onrust memburu jiwa Susan.
Bram dan Profesor Daniel pamannya, harus melawan kekuatan iblis untuk menyelamatkan Susan.
Film besutan sutradara Irham Acho Bahtiar ini menghadirkan para pemain muda seperti Yoriko Angeline (Susan), Aliff Alli (Bram), Cristina Danilla (Maria Van de Velde).
Kemudian ada nama Eryck Amaral (Jan Koenraad) dan pemain senior seperti Donny Damara (Prof. Daniel), Dewi Rezer (Prof. Tarina), Mathias Muchus (Pak Ibrahim Kakek Susan), Eksanti, Egy Fedly (Hasan), Ray Sahetapy (Dr. Victor). dan Wina Marrino (Ibunda Susan).
Balai Pustaka menyambut gembira penayangan film tersebut.
Achmad Fachrodji, yang juga menjabat Dirut PT Balai Pustaka, mengatakan pembuatan film merupakan bagian dari transformasi Balai Pustaka yang selama ini bergerak di bidang penerbitan.
“Balai Pustaka harus berpindah Haluan. Bukan hanya menggeluti bidang penerbitan dan percetakan, tetapi juga ke multimedia dalam bentuk pembuatan film," ucapnya.
Menurut dia, bukan kebetulan buku-buku Intelectual Property (IP) yang dimiliki Balai Pustaka banyak yang menarik untuk diangkat ceritanya ke layar lebar.
Novel selanjutnya yang akan diangkat ke layar lebar adalah Sitti Nurbaya.