News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

DBD Masih Jadi Momok, Pakar Ungkap Empat Faktor Penyebab Kasus Bisa Meningkat

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Relawan PMI Kota Tangerang melakukan fogging atau pengasapan di Kampung Benteng Makassar Rt 01/08, Kelurahan Sukarasa, Kota Tangerang, untuk mencegah penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD) Jumat (10/6/2022). Pengasapan untuk membasmi penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypti ini dilakukan setelah dua orang warga setempat menderita DBD. WARTA KOTA/NUR ICHSAN

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Demam berdarah dengue (DBD) memang masih jadi momok di Indonesia.

Beberapa waktu lalu Kementerian Kesehatan mengingatkan publik bahwa nyamuk Aedes aegypti mengganas di suhu panas. 

Terkait hal ini, Peneliti Keamanan dan Ketahanan Kesehatan Global Dicky Budiman ungkap jika ada beberapa faktor yang pengaruhi meningkatnya kasus DBD

Pertama adanya urbanisasi yang menimbulkan kepadatan penduduk semakin meningkat. 

Baca juga: Cara Cegah Penularan DBD dan Kenali Gejala Infeksi Nyamuk Aedes Aegypti

"Bicara nyamuk aedes aegypti yang virus DBD, umumnya dia ada di perkotaan, atau pun di perumahaan yang padat penduduk," ungkapnya pada Tribunnews, Kamis (15/6/2023). 

Situasi ini ditambah dengan peningkatan penduduk secara cepat dan tidak terkontrol. Berdampak pula pada pembangunan rumah, manajemen air beserta limbah menjadi tidak memadai.

Bahkan menjadi sumber atau tempat untuk berkembangbiak nyamuk. 

Namun kata Dicky, jangan dikira perumahan modern dan elit dijamin tidak ada nyamuk. 

"Oh tidak. Nyamuk ini walau sedikit air yang tergenang, dalam ukuran misalnya satu sendok saja itu sudah cukup membuat nyamuk berkembang di situ," tegas Dicky. 

Kedua, adanya perubahan iklim dan faktor lingkungan berpenaruh pada nyamuk. 

Nyamuk kata Dicky sangat sensitif terhadap lingkungan, khususnya suhu dan kelembaban. 

Ketika ada perubahan iklim dengan variasi musim, bisa mendorong pertumbuhan dari nyamuk.

"Misalnya daerah itu daerah tinggi, namun karena perubahan iklim tidak dingin lagi. Itu membuat nyamuk menyebar," urainya. 

Ketiga mobilisasi dari manusia, dalam hal ini adalah pelaku perjalanan. 

Keempat masalah infrastruktur masyarakat yang masih terbatas. 

Akses pada pelayanan kesehatan berkualitas terbatas disusul minimnya survelens penyakit.

"Kemudian buruknya program pengendalian jentik nyamuk, ini akhirnya membuat DBD makin meningkat," pungkasnya. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini