Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi penyakit yang cukup diwaspadai ketika musim hujan.
Plt Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) dr Yudhi Pramono mengatakan, sejak awal 2024, kasus DBD dan angka kematian akibat DBD dilaporkan meningkatkan tidak hanya di daerah endemis, tapi di daerah yang sebelumnya bebas dari DBD.
Peningkatan risiko penularan dengue ini juga dipengaruhi fenomena el nino dan perubahan iklim.
“Untuk regional ASEAN saat ini, telah dilaporkan ada kurang lebih 219 ribu kasus, dengan 774 kematian, dan Indonesia sendiri adalah penyumbang terbanyak dari kasus dengue tersebut,” kata dr Yudhi dalam temu media, Sabtu (17/11/2024).
Satu upaya mencegah KLB adalah mengupayakan budaya pemberantasan sarang nyamuk dengan gerakan satu rumah satu jumantik atau juru pemantau jentik.
Baca juga: Pernah Alami Gejala Demam Berdarah, Jessica Iskandar: Masyarakat Perlu Diingatkan Bahaya DBD
“Program tersebut juga bertujuan untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk, terutama jentik nyamuk di berbagai tempat yang biasanya menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk, dan gerakan satu rumah satu jumantik juga mengandung pesan untuk pencegahan dan pengendalian dengue dimulai dari rumah,” lanjut dr. Yudhi.
Pada 2024, wilayah yang terjangkit DBD mengalami perluasan, yaitu mencapai 482 kabupaten/kota.
Selain itu, dalam beberapa tahun terakhir, terjadi pemendekan siklus tahunan penyakit ini, dari 10 tahun menjadi tiga tahun atau bahkan kurang.
Baca juga: Seminar Kesehatan Kimia Farma: Vaksin Demam Berdarah untuk Masa Depan yang Lebih Sehat
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) dr Ina Agustina mengatakan, tren DBD selama empat tahun terakhir, Incidence Rate (IR) DBD mengalami peningkatan, sedangkan Case Fatality Rate (CFR) atau tingkat kematian akibat dengue mengalami penurunan.
“Untuk kasus DBD memang cenderung mengalami peningkatan namun untuk angka kematian dibandingkan jumlah kasusnya ini cenderung menurun,” kata dr Ina Agustina Isturini.
Ina melanjutkan, Kemenkes telah mengeluarkan strategi nasional penanggulangan dengue tahun 2021 hingga tahun 2025 dengan enam strategi.
Pertama, penguatan manajemen vektor yang efektif, aman, dan berkesinambungan.
Kedua, peningkatan akses dan mutu tatalaksana dengue.
Ketiga, penguatan surveilans dengue yang komprehensif serta manajemen KLB yang responsif.
Keempat, peningkatan pelibatan masyarakat yang berkesinambungan.
Kelima, penguatan komitmen pemerintah, kebijakan manajemen program, dan kemitraan.
Keenam, pengembangan kajian, invensi, inovasi, dan riset sebagai dasar kebijakan dan manajemen program berbasis bukti.
“Berbagai upaya penanggulangan dengue telah dilakukan. Jadi, semua kita intervensi, lingkungannya kita intervensi, nyamuknya juga, manusianya juga,” katanya.