Kondisi ini membuat tulang sumsum Babe Cabita tak bisa menghasilkan darah.
Hingga kini, Babe Cabita masih rutin mengonsumsi obat untuk melemahkan imunnya agar tidak menyerang tubuhnya.
"Pakai obat, jadi sehari itu minum tiga kali, supaya imunnya terus lemah," ujarnya.
Sempat Didiagnosis DBD hingga Leukemia
Sebelum didiagnosis anemia aplastik, Babe Cabita sempat didiagnosis menderita demam berdarah (DBD) hingga leukemia.
Awalnya, ia merasa pusing hingga akan pingsan dan akhirnya dibawa ke rumah sakit.
"Pertamanya aku pusing kayak mau pingsan gitu, akhirnya dibawa ke rumah sakit waktu itu."
"Setelah dibawa ke rumah sakit, dokter bilang 'Kamu nih DBD karena positif DBD'," tuturnya.
Demam yang dirasakannya tak kunjung turun selama satu minggu hingga mencapai suhu 40 derajat.
Babe Cabita pun sempat diduga sakit leukemia.
"Setelah diperiksa darahnya, dokter bingung, 'Biasanya kalau demam berdarah, yang turun hanya trombositnya doang, kalau kamu darah putihnya nol'."
"'Kayaknya kamu bukan DBD nih, setelah dilakukan pengecekan darah, ditemukan sel darah putih di mana-mana, itu kayaknya mirip dengan leukemia'," tambahnya.
Ia pun harus menjalani pemeriksaan lebih lanjut dengan mengambil bagian tulang sumsumnya.
Hasilnya pemeriksaan keluar seminggu kemudian dengan diagnosis anemia aplastik.
"Tapi harus pemeriksaan lebih lanjut, jadi ambil tulang sumsum belakang, sakit, jadi ngambilnya dibius baru disedot."
"Itu proses pemeriksaannya seminggu baru hasilnya keluar (didiagnosis anemia aplastik)."
"Jadi selama kurun waktu dua mingguan itu aku masih menganggap diri aku kayaknya leukemia akut deh," tutup Babe Cabita.
(Tribunnews.com/Katarina Retri)
Berita lainnya terkait Babe Cabita