TRIBUNNEWS.COM - Penyanyi Happy Asmara buka suara soal dirinya yang bernyanyi dengan keadaan kesurupan saat konser.
Baru-baru ini beredar video momen ketika Happy Asmara yang manggung dalam kezdaan kesurupan.
Saat itu, Happy Asmara sedang melakukan konsernya pada malam Jumat, di Pasuruan, Jawa Timur.
Dikutip dari YouTube, Intens Investigasi, Selasa (3/10/2023), Happy Asmara berikan klarifikasi dirinya yang sempat kesurupan saat konser.
Baca juga: Sebelum Kesurupan di Panggung, Happy Asmara Pernah Diruqyah karena Sering Diganggu hingga Ngamuk
Happy Asmara mengatakan, bahwa saat konser tersebut dirinya masih dalam keadaan sadar.
"Semalem tuh aku masih sadar, bukan kesurupan yang kayak nggak sadar gitu," ungkap Happy Asmara.
"Cuman itu aku pengen baca-baca surah kayak gitu, tapi aku lagi halangan," lanjutnya.
Sementara itu, Happy Asmara juga merasa bingung dirinya bisa kesurupan saat konser.
Mantan kekasih Denny Caknan itu pun menilai dirinya kecapekan.
Pasalnya, kata Happy Asmara, sebelumnya ia sempat menjalani syuting selama tiga hari.
Sedangkan tempat syuting tersebut juga disebutnya memiliki suasana yang seram.
"Aku juga nggak ngerti itu loh, mungkin karena kecapekan juga ya."
"Kan aku tiga hari itu syuting di tempat yang horor-hohor gitu," ucapnya.
Baca juga: Detik-detik Happy Asmara Kesurupan di Panggung, Gerakan Tubuhnya Dianggap Tak Biasa
Kendati demikian, diakui Happy Asmara, dirinya tak merasakan hal yang aneh saat syuting berlangsung.
"Aku enjoy ya, kemarin aku syuting itu enjoy-enjoy aja," katanya.
Penjelasan Kesurupan dari Sisi Medis
Terkait kejadian Happy Asmara yang kesurupan, banyak yang mengkaitkan dengan hal gaib dan mistik.
Nyatanya, kesurupan ini juga punya penjelasannya dari sisi medis yaitu termasuk ke dalam dissociative trance disorder.
Melansir ICD-11 for Mortality and Morbidity Statistic oleh WHO, kesurupan merupakan gangguan jiwa ditandai dengab perubahan nyata pada kondisi kesadaran individu.
Serta rasa identitas pribadi yang biasa dimiliki individu digantikan oleh identitas 'kepemilikan' eksternal.
"Gejala-gejala tersebut tidak muncul secara eksklusif pada gangguan disosiatif lain. Tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan mental, perilaku, atau perkembangan saraf lainnya," tulis laman tersebut dilansir Tribunnews, Minggu (1/10/2023).
Sedangkan ciri khas dari dissociative trance disorder adalah bahwa identitas pribadi individu digantikan oleh identitas 'memiliki' eksternal.
Hal itu pun dikaitkan dengan pengaruh roh, kekuatan, dewa atau entitas spiritual lainnya, yang tidak terjadi pada Trance Disorder.
Selain itu, dalam dissociative trance disorder, serangkaian perilaku yang lebih kompleks dapat ditunjukkan, yang dialami sebagai dikendalikan oleh agen yang merasuki.
Kebanyakan keadaan trance kerasukan berlangsung singkat dan sementara serta terkait dengan pengalaman budaya dan agama.
"Pengalaman-pengalaman ini tidak dianggap patologis dan diagnosis. Tidak boleh ditegakkan berdasarkan kejadiannya."
"Keadaan trance kerasukan hanya boleh dianggap sebagai ciri-ciri gangguan mental," kata laman tersebut.
Perilaku atau gerakan ini sering kali bersifat stereotip dan mungkin mencerminkan pengaruh dari budaya.
Lebih lanjut, dijelaskan jika keadaan kesurupan ini dapat dipicu oleh stres emosional yang signifikan, kemarahan, atau frustrasi yang meningkat.
Bisa juga karena ketidakharmonisan rumah tangga, trauma terkait perang, dan konflik antar pribadi terkait masalah agama atau budaya.
Keadaan trance juga dapat terjadi dalam kelompok (yaitu, beberapa kasus terjadi dalam jarak waktu dan/atau jarak yang dekat), hingga mungkin bisa juga berhubungan dengan sugestibilitas massal.
(Tribunnews.com/Ifan/Aisyah)