Laporan Wartawan Tribunnews.com Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Memilih tempat di rumah Lodji Besar kampung Peneleh Surabaya, sebuah kawasan kampung Sejarah, di mana para tokoh bangsa lahir, seperti Soekarno, HOS Cokroaminoto, Roeslan Abdulgani, dan beberapa tokoh lainnya, Golden Picture memulai tahap persiapan produksi film layar lebar bergenre drama action yang diberi judul 8 Warriors, Cinta dan Tanah Air mulai April 2024 ini.
Film drama aksi yang berdasarkan peristiwa nyata pada perang 10 November 1945 di Surabaya akan diantarkan oleh 8 (delapan) sahabat yang turut andil dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
Revolusi terbesar dan paling kelam sepanjang sejarah perang Indonesia ini, dijanjikan akan tergambar secara epik dengan mengandalkan perpaduan teknis antara real shot dengan sentuhan tehnologi visual canggih bahkan akan menjadi film versi paling mewakili Arek-Arek suroboyo yang begitu gagah berani mengorbankan nyawanya demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang baru saja diraih.
Baca juga: Sinopsis 24 Jam Bersama Gaspar, Film Aksi Misteri Netflix yang Dibintangi Reza Rahadian
Film epik dan kolosal ini, dipercayakan pada duo Sutradara Jaya Tamalaki & Djo Arko dan cerita film ini sebenarnya selesai ditulis tahun lalu.
Jaya Tamalaki mengatakan, kronologis peristiwa dan peran tokoh-tokoh besar lainnya juga ditampilkan dengan runut dalam film nanti dan kemasan kreatif juga dibuat semenarik mungkin agar menjadi tontonan film sejarah yang fress dan tidak membosankan.
"Harapannya bisa menjadi salah satu pemantik jiwa nasionalisme dan cinta tanah air para generasi muda kita yang saat ini hampir terdegradasi oleh serbuan tayangan asing yang dominan sehingga mengancam identitas kebangsaan, budaya, dan nasionalisme kita," ujar Jaya Tamalaki.
Sedangkan Djo Arko yang berpenampilan nyentrik mengatakan, film 8 Warriors ini memiliki tingkat kesulitan tinggi yang harus disikapi dengan serius seperti menghadirkan kembali environment kota Surabaya pada masa lampau berikut suasana perang besarnya yang dilakoni oleh ribuan orang baik di darat, laut, maupun udara.
Tantangan berat ini, perlu konsep matang yang dipastikan akan memaduan teknis real shot dengan tehnologi visual modern atau yang populer disebut dengan CGI (Computer Generated Imagery) dan ia percaya pada tim akan mampu merealisasikan film mendekati suasana aslinya.
“Begitulah selama ini yang menjadi persoalan kurang kompetitifnya film Indonesia dilevel nasional maupun Internasional, sebenarnya bukan terletak pada SDM, tapi pada keterbatasan kemampuan dan keberanian investor, serta minimnya penulis yang handal dalam membuat karya besar sehingga loyo ketika mencoba membuat film-film Sejarah atau perang. Nah, film 8 Warriors, Cinta dan Tanah Air adalah film yang berbeda dan berani melawan arus," kata Jaya Tamalaki.
Keseriusan Golden Picture menghadirkan film kolosal kebangsaan yang berkualitas nampaknya benar-benar dipersiapkan dengan matang.
Selain melakukan perekrutan team para sineas yang professional, bahkan berani membuat studio alam untuk membangun berbagai set sudut kota Surabaya dan beberapa gedung penting yang melekat pada peristiwa perang nanti.
“Saat itu kota Surabaya sudah padat, ramai, dan unik. Karena itu semua prototype yang kami pilih harus dikloning dalam studio terbuka agar mirip aslinya. Untuk membangun lokasi ini, setidaknya kami membutuhkan lahan kurang lebih seluas 15 hektar. Keputusan itu harus kami buat, karena titik-titik lokasi yang asli sudah berubah total sehingga tidak memenuhi syarat lagi sebagai lokasi shooting”, ungkap Anton Firmansyah selaku Produser.
Ketika dikonfirmasi apakah film 8 Warriors termasuk film yang membutuhkan biaya produksi tinggi untuk mengejar tuntuan skenario yang ada, Reyniel Fero selaku produser juga dalam film ini mengatakan, film yang direalisasikan ini bukan film biasa seperti yang pernah dibuat sebelumnya didalam negeri.
"Tentu secara otomatis membutuhkan biaya yang memadai sesuai konsep besarnya tetapi kita kesampingkan dulu soal besar kecilnya biaya.Yang penting target skala perioritas kami adalah hasil dari film ini mampu bermanfaat besar, terutama bagi para generasi bangsa. Kemudian persoalan nilai komersial, pasti akan mengikuti jika semua berjalan dengan baik," kata Fero.
Setelah melakukan berbagai lawatan dan berdiskusi dengan beberapa tokoh nasional, sejarawahwan, budayawan, akademisi, dan pihak terkait lainnya, film 8 Warriors Cinta dan Tanah Air mendapat respon positif dan antusiasme dari semua kalangan, termasuk dukungan besar dari bapak Prabowo Subianto ketika menerima kunjungan team produksi di Hambalang minggu lalu. Hal tersebut membuat team Golden Picture makin percaya diri untuk mewujudkan projek kebangsaan ini secara maksimal.
“Untuk diingat, tanpa perang 10 November 45, sejarah bangsa Indonesia akan menjadi lain. Banyak yang tidak menyadari akan hakikat itu, maka bagaimana pun juga film ini harus kami buat dan bisa memberi warna baru bagi industri perfilman tanah air," kata Jaya Tamalaki.