News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Katarak Bagian dari Proses Penuaan, Apakah Semua Orang Akan Mengalaminya? Ini Penjelasan Ahli

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Willem Jonata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi operasi katarak.

Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Katarak masih menjadi masalah besar yang mengganggu penglihatan.

Di Indonesia, katarak menjadi penyebab utama kebutaan yang mencapai 58 persen.

Meski penyebab kebutaan, katarak bisa dicegah, dideteksi dini dan ditangani.

Dokter Spesialis Mata Konsultan Prof. Dr. Tjahjono D. Gondhowiardjo, SpM(K), PhD menyampaikan, sebagian besar penyebab katarak dipengaruhi adalah akibat proses penuaan.

Karenanya, menjaga kesehatan mata sejak muda bisa menjadi upaya pencegahan katarak.

Baca juga: Kondisi Nunung Setelah Jalani Operasi Katarak, Masih Ada Gelembung di Matanya

“Katarak ini bukan penyakit tapi gejala degenerasi. Artinya, setiap orang dengan bertambahnya usia pasti akan mengalami katarak. Makin sehat maka makin lama terkena (katarak). Saat berusia tua sudah kurang sehat, banyak penyakit, sering terpapar ultraviolet dan sebagainya, katarak bisa lebih cepat (terjadi)," ungkapnya dalam peluncuran Klinik Utama Mata JEC-Orbita di Kendari secara virtual, Sabtu (30/11/2024).

Selain itu faktor usia, faktor terjadinya katarak lain adalah penyakit seperti asma, konsumsi obat-obatan tertentu, diabetes.

Katarak ditandai dengan kekeruhan di lensa bola mata sehingga menyebabkan menurunnya kemampuan penglihatan sampai kebutaan.

Katarak memang banyak ditemui pada usia lanjut atau lansia, namun tidak menutup kemungkinan terjadi pada usia muda  karena adanya kondisi-kondisi tertentu.

Tjahjono pun menegaskan pentingnya mengobati katarak, lantaran mempengaruhi produktivitas dan kualitas hidup.

Orang dengan gangguan penglihatan seperti kebutaan sulit beraktivitas harian dan memerlukan bantuan orang lain misalnya untuk berganti baju, ke toilet maupun makan.

Sementara kini dengan beragam teknologi dan inovasi, tindakan operasi mata sudah tidak menakutkan. Kini banyak hadir dengan metode non-invasif.

"Lukanya hanya 2,3 m, tidak perlu dijahit, dan penyembuhannya lebih cepat, 2-3 minggu kembali normal," tuturnya.

Diperkirakan rasio terjadi katarak terus meningkat karena diperlukan penatalaksanaan penanganan gangguan kesehatan mata yang mumpuni perlu ditingkatkan dengan ketersediaan fasilitas kesehatan mata yang mudah diakses.

Prevalensi kebutaan di Sulawesi Tenggara lebih dari rerata nasional, sedangkan prevalensi katarak mencapai 1,8 persen.

Diharapkan dengan hadirnya layanan kesehatan mata yang berstandar internasional masyarakat Kendari dan Sulawesi Tenggara tidak perlu lagi jauh meninggalkan pulau atau  ke luar negeri.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini