TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam surat elektroniknya pada pengurus Club Jatarupa Jakarta, Ketua Umum PGAWC dan FAI melihat minat besar terhadap olahraga Paralayang di Indonesia dan lokasi-lokasi sangat indah dan menantang untuk terbang, sangat memungkinkan berkembangnya wisata olahraga dirgantara (Aerosports Tourism).
Namun bukan itu saja alasan diterimanya penawaran menjadi tuan rumah salah satu dari enam seri Piala Dunia Ketepatan Mendarat Paralayang tahun ini. Prestasi para penerbang Merah Putih sejak lima tahun silam, membuktikan bahwa Indonesia tidak dianggap remeh para petinggi olahraga Paralayang dunia.
Para penerbang puteri Indonesia berhasil menjadi Juara I Seri PGAWC selama tiga tahun berurutan setelah Ifa Kurniawati (2010), Milawati Sirin (2011) dan Lis Andriana tahun lalu. Sejak mengikuti ajang multicabang, para atlit Paralayang Indonesia juga selalu mencatat prestasi maksimal; merebut Juara Umum Asian Beach Games I di Bali pada 2008, lalu Juara Umum SEA Games XXVI/2011 dengan merebut 10 dari 12 buah medali emas yang diperebutkan.
Dipilihnya Desa Salido di Kota Painan menurut Barry Rozano, SH, Ketua Jatarupa, karena keinginan memperkenalkan lokasi terbang baru yang menantang untuk para atlit nasional dan dunia. Selain alamnya yang indah, lokasinya sangat menguji kemampuan para penerbang.
Berjarak tempuh 2 ½ jam dengan mobil dari Padang, ibukota propinsi Sumatera Barat, para atlet akan lepas landas dengan meloncat dari bukit berketinggian 196 meter di atas permukaan tanah. Lokasi pendaratan adalah dipantai, yang berjarak 600 meter garis lurus dari tempat take off. Sejajar dengan pantai terdapat sungai, sehingga para pilot tak boleh lengah jelang pendaratan.
Menurut Drs. Tagor Siagian, M.Si, Humas Panitia Pelaksana Seri I PGAWC Painan, sekitar 100 atlet yang memenuhi persyaratan tingkat kemampuan terbang dunia, asal 20 negara diharapkan ikut. Runner Up dan peringkat III Puteri Dunia tahun lalu, Marketa Tomaskova (Republik Ceska) dan Tamara Kostic (Serbia), mengatakan sudah tidak sabar menaklukkan Painan dan “balas dendam” pada Juara Dunia bertahan asal Indonesia, Lis Andriana.
Gelar Juara Dunia tahun lalu diraih Lis setelah penerbang asal Kutai Barat, Kalimantan Timur itu juara kedua pada Seri VI di Wasserkuppe, Jerman, September lalu. Jumlah perolehan nilainya tak terkejar oleh Marketa dan Tamara. Berencana tiba di Jakarta pada 20 April mendatang, esok harinya Tamara bahkan akan langsung menuju Painan untuk berlatih dan mengenali medan lomba.