TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Chief Delegation Perguruan Inkado versi Aldrin Tando, Deni Tumiwa mengaku kecewa dengan sikap Pengurus Besar Federasi Karate-Do Indonesia (PB.Forki) yang melarang atlet-atlet mereka bertanding di Piala Mendagri yang berlangsung di Bali mendatang.
Menurutnya, dengan adanya larangan ini akan mematahkan semangat atlet-atlet karate dari Perguruan Inkado versi Aldrin Tando yang telah jauh-jauh hari mempersiapkan diri menghadapi event bergengsi itu.
“Mereka yang akan tampil di Piala Mendagri di Bali adalah atlet terbaik hasil seleksi di Kejurnas Inkado baru-baru lalu sebelum adanya perpecahan di tubuh perguruan karate kami. Yang menjadi pertanyaan kenapa atlet yang tidak tahu menahu soal adanya perpecahan itu iukut menjadi korabn,” tandas Deni Tumiwa kepada wartawan di Jakarta, Selasa (27/8/2013).
Dikatakan, seharusnya dalam menyikapi kasus dualisme ini, PB.FORKi tetap netral dan tidak memihak pada kubu manapun. Bahkan, intitusi karate di Indonesia itu seharusnya mencarikan solusi agar tidak terjadi dualisme kepengurusan.
“FORKI harusnya bersikap netral dalam menyikapi kasus ini. Bukan sebaliknya mereka memihak kepada salah satu kubu yang akhirnya merugikan para atlet. Ini bisa dikatakan mereka menghambat prestasi atlet,” ungkap Deni Tumiwa.
Yang lebih parah lagi, kata dia, mereka telah menerima uang pendaftaran adminsitrasi untuk mengikuti Piala Mendagri. Jika, ternyata nantinya atlet mereka tidak boleh tampil maka mereka akan menggugat PB. Forki.
“Jika memang PB.Forki melarang atlet kami untuk tampil, kenapa uang pendaftaran adiministrasi kami mereka terima. Jika terbukti menjelang pertandingan atlet kami dilarang kami akan menggugatnya,” kata Deni Tumiwa.
Di sisi lain, Deni Tumiwa juga mengatakan adanya larangan atlet dari Inkado versi Aldrin Tando di Piala Mendagri juga berdampak pada wasit-wasit dari perguruan tersebut.
”Seharusnya mereka punya sikap netral, seharusnya dua-duanya tidak boleh tampil. Tapi, keberpihakan mereka kepada satu kubu terlihat jelas,” selorohnya.