TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Equestrian Indonesia atau EQINA kembali melakukan gebrakan. Mereka bersiap menggelar 'Jumping Clinic' dengan mendatangkan Khenet Chang, salah satu coach spesialis nomor lompat rintangan dari Hongkong.
Khenet, yang mantan atlet berkuda Olimpiade negeri koloni Cina itu, akan berada di Indonesia pada 12 hingga 18 September mendatang.
Menurut keterangan, Khenet Chang akan menyajikan course atau clinic dengan perwakilan 'rider' terbaik dari klub-klub/stable yang tergabung dalam EQINA di dua tempat. Pertama, antara 13 hingga 15 September 2013, coaching-clinic akan digelar di Bandung Equestrian Center (BEC), perkumpulan berkuda milik Ronny Lukito yang berlokasi di kawasan Lembang.
Setelah itu, pada 16 hingga 18 September, coaching-clinic dilanjutkan di Pegasus, salah satu stable terbesar di Indonesia yang berada di daerah Kinasih, Sukabumi, yang dimiliki keluarga Yusni Prawiro.
Jose Rizal Partokusumo, ketua umum EQINA, menjelaskan, coaching-clinic dengan melibatkan 'pakar' dari mancanegara merupakan salah satu terobosan dalam upaya memberikan dorongan bagi atlet-atlet 'jumping' EQINA untuk meningkatkan ketrampilannya.
Beberapa waktu lalu EQINA juga sudah mendatangkan 'ahli' dari luar untuk berinteraksi dengan 'rider-rider' terbaik mereka di Pegasus, Sukabumi.
"Pelatihan dengan melibatkan pakar dari mancanegara ini sudah lama kita rencanakan, menjadi bagian dari program peningkatan pembinaan atlet yang berkesinambungan. Bagaimanapun kita memang harus terus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kemampuan teman-teman atlet," ungkap Jose Rizal Partokusumo, yang juga pimpinan JN Stud & Stable, di Sentul, Bogor.
Ketua Bidang Pembinaan Prestasi (Binpres) EQINA, Bibit Sucipto, menambahkan, coaching-clinic dengan melibatkan 'expert' dari mancanegara tetap menjadi sebuah langkah maju dalam upaya peningkatan prestasi atlet.
"Ini sekaligus membuktikan bahwa EQINA tidak berjalan ditempat. Kami terus melakukan pembinaan yang komprehensif," terang Bibit.
Bibit Sucipto menjelaskan, EQINA sudah beberapa kali menggelar pelatihan.
"Yang membanggakan kami, penampilan atlet EQINA cenderung jauh lebih baik setelah mereka mengikuti pelatihan bersama. Itu bisa dibuktikan dari penampilan mereka di beberapa kejuaraan yang diikuti setelah sebelumnya ambil bagian pada pelatihan bersama," paparnya.
Menurut keterangan Dewi Anggraeni, wakil sekjen EQINA, pasca 'pelatihan bersama' khusus nomor 'jumping' dengan mentor Khenet Chang, para 'rider' terbaik EQINA akan tampil pada 'joint competition' di Arthayasa Stable, Ciganjur, pada 21 September.
Ini bisa menjadi sebuah 'event' yang sangat menantang karena terbuka juga kesempatan bagi 'rider' dari Equestrian Federation of Indonesia (EFI) untuk berpartisipasi. Walau demikian, pada 'joint competition' yang digelar akhir bulan Agustus lalu di tempat sama ternyata tak satu pun atlet
EFI yang bersedia tampil.
Setelah 'joint competition' di Arthayasa, EQINA kembali 'on the track' dengan menggelar seri kejurnas Kapolri Cup, pada Oktober di Ditpolsatwa Stable, Kelapa Dua, Depok. "Setelah itu ada Jateng Masters di Purwokerto, yang direkatkan dengan event berkuda Porprov Jateng," urai Dewi.
Pada November, ada Jabar Classic, dan Desember, AE Kawilarang Memorial ke-3 di Pegasus," sambung Dewi.
Seperti diketahui, EQINA yang berafiliasi ke PP Pordasi menjadi wadah bagi sebagian besar pelaku dan pemangku equestrian di tanah air, meski ironisnya sudah tak diakui Komite Olahraga Nasional (KON) Pusat.
Sementara itu, Komite Olimpiade Indonesia (KOI) disebut-sebut masih memberi peluang bagi atlet-atlet terbaik EQINA untuk disertakan dalam tim inti berkuda (equestrian) ke SEA Games XXVII-2013 di Myanmar, Desember mendatang, walau kesempatan itu belum lagi diberikan oleh Satlak Prima yang cenderung lebih menganak-emaskan 'rider-rider' dari EFI.