TRIBUNNEWS.COM – "Anyone but Vettel (AVB)". Kalimat ini sedang bergema di dunia maya sekarang. Di facebook juga di twitter "AVB" ramai disuarakan oleh para pencinta Formula One jelang balapan F1 Singapura akhir pekan ini. Mereka berharap, sang juara bertahan, Sebastian Vettel akan tumbang, dan dikalahkan oleh rivalnya, siapa pun itu.
Dominasi pembalap asal Red Bull itu memang dianggap sudah "keterlaluan". Hingga 12 seri ini, Vettel memimpin dengan raihan poin 222 poin, jauh meninggalkan pesaingnya, Fernando Alonso, 169 poin. Rival lainnya, Lewis Hamilton yang nongkrong di peringkat tiga sudah buru-buru mengacungkan bendera putih, tak sanggup bersaing di tujuh seri tersisa lantaran baru mengantongi 141 poin.
Sialnya adalah, Singapura seolah menjadi sirkuit Vettel. Dua balapan terakhir, pembalap 26 tahun asal Jerman ini menjadi raja di sirkuit jalanan tersebut. Total, dari empat balapan terakhir di sana, ia juara tiga kali, dan sekali jadi runner-up.
"Kemenangan saya di Singapura pada 2011, dan 2012 bisa dibilang kemenangan terbaik, Pasalnya, saya pikir itulah masa balapan yang tersulit. Karenanya bisa menang di sana menjadi momen membahagiakan," ujar Vettel mengenang.
Menurutnya, Sirkuit Marina Bay punya trek yang menyenangkan dengan pemandangan indah yang tak membosankan. "Ini memang trek yang sangat panjang, butuh dua jam untuk menyelesaikannya. Kalau membalap di sana rasanya kita seperti tak akan pernah finis. Sirkuit ini juga sangat menantang karena banyak sekali jebakan. Tak ada ruang untuk kesalahan sedikit pun di sana," tutur Vettel.
Sang pembalap kini tengah merintis rekor baru dalam sejarah F1. Ditunjang tim terbaik dunia, Red Bull, ia telah menorehkan rekor sebagai juara dunia termuda, juara termuda dua kali berturut-turut, dan menjadi juara tiga kali berturut-turut.
Jika tak ada aral melintang, Vettel diperkirakan bisa memastikan gelar juara keempatnya berturut-turut di GP Jepang bulan depan. Jika itu terjadi, ia tinggal berselisih satu dari rekor back to back pembalap legendaris Jerman, Micahel Schumacher yang menang lima kali berturut-turut dari 2000-2004.
Vettel, yang telah memenangi enam dari 12 balapan musim ini, digadang-gadang bakal menyamai para pembalap legendaris lain seperti Ayrton Senna, dan Niki Lauda, untukmenjadi satu dari empat pembalap yang pernah meraih empat kali gelar juara dunia F1 atau lebih.
Tapi dari aspek tontonan dan hiburan, dominasi Vettel bisa jadi terasa sangat membosankan. "Bunyi 'klik" dari remote control mungkin telah membuat senyap jeritan mesin... itulah suara hati ribuan penonton televisi, yang bosan dengan dominasi sang pemenang, mereka pun ramai-ramai mematikan televisi sebelum balapan berakhir," tulis penulis Kevin Eason di Times London, usai balapan di Sirkuit Monza, Italia, dimana Vettel tak terbendung sejak awal balapan.
Jika pun ada hal lain yang menarik adalah, balapan di Singapura menjadi hajatan pertama setelah Ferrari resmi mengumumkan Fernando Alonso, dan Kimi Raikkonen bakal berduet musim depan. Bisa jadi keduanya mulai berkoalisi di Marina Bay, guna memuluskan perlawanan Alonso terhadap Vettel.
Tim Prinsipal Ferrari, Stefano Domenicali pun menggaungkan tekad untuk menyerang Red Bull setiap saat. Meski tertinggal, Domenicali yakin Ferrari tidak akan menyerah untuk merebut titel juara. Ferrrari juga siap memanfaatkan kesalahan Vettel.
"Di Monza kita melihat jelas Red Bull lebih kuat. Kami mencoba maksimal dan kami memiliki balapan yang fantastis. Jelas dengan fakta Red Bull yang menunjukkan kecepatan, hal itu membuat kejuaraan semakin sulit. Tapi itu tidak akan mengubah pendekatan kami. Jika sesuatu terjadi pada mereka kami perlu berada di sana, seperti halnya serigala, untuk menyerang mereka," ujar Domenicali seperti dilansir Crash. (Tribunnews.com/den)