TRIBUNNEWS. COM, SALATIGA - Gelaran 'Jateng Classic' sekaligus menjadi arena untuk unjuk kepiawaian para rider yang dipersiapkan ke pentas berkuda equestrian PON XIX-2016 Jabar.
Momentum itulah yang setidaknya dimanfaatkan dengan baik oleh kontingen Jawa Timur. Kubu Jatim langsung menurunkan sebagian besar dari rider yang sudah mereka kontrak.
Padahal, kontrak itu baru ditandatangani beberapa hari menjelang 'Jateng Classic' digelar.
Situasi itu berbeda dengan Jateng. Kontingen tuan rumah secara resmi belum melakukan ikatan kontrak dengan para rider yang mereka proyeksikan. Sejauh ini, kubu Jateng sepertinya baru dalam taraf 'menjajal' mereka.
Saat ini sudah bukan rahasia lagi kalau Jateng 'kepincut' pada Galih Rasyono, Jayadi dan Nisa Prika Biantama.
Nama tiga rider yang sudah terbilang senior itu bahkan sudah diumumkan oleh Johanes Lukito.
"99,99% mereka akan mewakili Jateng di PON 2016,".
Namun, siapa yang bisa menjamin bahwa ketiganya sudah pasti akan memperkuat Jateng?
KEBERANIAN JATIM
Mencermati perkembangan dari upaya perekrutan rider dan kuda-kuda untuk PON XIX itu, siapa pun bisa menduga duga jika Galih, Jayadi atau Nisa mungkin saja tengah 'dilirik' oleh daerah lain pula.
Bisa saja Jatim diam-diam menaruh perhatian atau memiliki minat besar untuk merekrut ketiganya pula.
Apalagi, sejauh ini pun masih belum ada tanda-tanda atau isyarat yang pasti terkait akan segera dilakukannya penandatanganan kontrak untuk Galih, Jayadi dan Nisa.
Sementara di sisi lain kubu Jatim masih gencar untuk menggenapkan jumlah rider yang diproyeksikannya ke PON XIX menjadi 20--untuk equestrian saja.
Harus diakui bahwa pada akhirnya kubu Jateng harus mengakui kehebatan langkah-langkah taktis dan strategis Jatim.
Tak sampai satu bulan kubu Jatim sudah mengikat belasan rider, sebagian besar anggota Bandung Equestrian Club (BEC) Lembang.