TRIBUNNEWS.COM, SAWAHLUNTO - Kejuaraan Pacuan Kuda 'Sawahlunto Derby' adalah salah satu 'event' bergengsi PP Pordasi.
Panasnya suhu udara saat gelaran 'event' tersebut, sebagaimana di tahun-tahun lalu, seperti menambah panasnya atmosfir persaingan.
Dalam catatan Noviardi Sikumbang, Wakil Sekretaris Umum PP Pordasi, selama ini 'Sawahlunto Derby' menjadi ajang keperkasaan kuda-kuda tuan rumah, Sumbar.
Peraihan gelar juara didominasi oleh kuda-kuda 'lokal'. Artinya, kuda-kuda dari luar Sumbar lebih banyak menjadi 'penonton', atau menempati posisi-posisi yang 'kurang terhormat'.
Lebih perkasanya kuda-kuda lokal, artinya kuda-kuda dari berbagai klub atau kota di Sumbar, bisa saja dikarenakan mereka tak perlu menempuh perjalanan berhari-hari dari daerah asalnya. Bicara persaingan di masa lalu, kuda asal Jakarta pernah juga menuai prestasi baik di nomor puncak 'Derby'.
Tahun 2011, kuda Dara Biru (milik Alexandra Asmasoebrata/Tanjungsari Stable) menempati peringkat kedua atau 'runner-up'. Yang menjadi juara adalah kuda Siti Jaenar (H. Dasmir ST. Palimo/Bukittinngi).
Pada 2012, Jakarta kembali mengirim kuda terbaiknya, Pratama Tanjungsari (milik Alexandra Asmasoebrata/Tanjungsari Stable). Tapi, lagi-lagi harus puas finis di urutan kedua, setelah Neymar, kuda asal Solok.
Tahun 2013 ini, tidak ada kuda asal Jakarta yang turun di kelas 'Derby'. Tiga kuda asal Jakarta yang kesemuanya dimiliki Alexandra Asmasoebrata berkompetisi di kelas-kelas bawah dan menengah.
Yakni, Pemula A/B - 1.000 meter atas nama Missi Star Lona, Kelas 3 Tahun Remaja kuda Badar Putri, dan Kelas 3 Tahun A/B - 1.400 meter atas nama kuda Alana. (tb)